Minggu, 26 Mei 2013

Wanita Penghuni Neraka

- 0 komentar


“Sesungguhnya orang-orang fasik adalah penduduk neraka.” Dikatakan, “Ya Rasulullah, siapakah mereka?” Rasul bersabda, “Para wanita.” Seorang laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah mereka itu ibu-ibu, saudari-saudari dan istri-istri kita?” Rasul menjawab, “Benar, tetapi mereka itu, jika diberi, tidak bersyukur; jika diuji, tidak bersabar."
(HR Ahmad dan al-Hakim).

Makna Hadis

Hadis ini menyebutkan wanita penghuni neraka di antaranya adalah yang memiliki dua sifat tercela :
* tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya;
* jika diuji dengan suatu ujian, ia tidak bersabar.

Hadis ini juga diperkuat oleh sabda Rasul yang lain. Abdullah bin Amru meriwayatkan bahwa Rasul pernah bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِىَ لاَ تَسْتَغْنِى عَنْهُ

"Allah tidak akan memandang seorang wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya dan tidak (berusaha) mencukupkan diri dari (pemberian) suaminya." (HR an-Nasai, al-Hakim, ath-Thabrani dan al-Bazzar).

Syaikh Muhammad bin Ishaq al-Kalabadzi di dalam kitab Bahr al-Fawâ’id/Ma’âni al-Akhyâr menjelaskan, “Siapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) terhadap pemberian, ia tidak akan bisa bersabar saat mendapat ujian.” Syukur bisa timbul jika ada rasa qana’ah (merasa cukup) atas pemberian meski sedikit jumlahnya; juga menghargai pemberian meski tidak seberapa harganya, karena di dalamnya terkandung nilai maknawi yang besar, yaitu ketaatan suami atas kewajiban nafkah dan rasa cintanya kepada istri dan keluarganya.”

Berikut sekelumit teladan dari Umahatul Mukminin dan penghulu wanita surga Fathimah binti Rasulullah saw.

Ummul Mukminin Aisyah ra. menceritakan,

“Pernah datang kepada kami satu bulan penuh saat kami tidak pernah menyalakan api (tidak pernah memasak), (makanan kami) tidak lain adalah kurma kering dan air, kecuali kami dibawakan daging.” (HR al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi).

Beliau juga bercerita, “Tidaklah keluarga Muhammad makan dua kali dalam sehari kecuali salah satunya adalah kurma kering.”

Nabi saw. pernah bersabda, “Belum pernah lewat satu sore dimana keluarga Muhammad memiliki satu sha’ kurma kering atau satu sha’ biji-bijian.” (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi dan an-Nasai).

Begitulah makanan yang dinikmati ibunda kita, para istri Rasul saw. Namun, mereka adalah para wanita yang senantiasa dipenuhi rasa syukur, rasa berterima kasih dan kesabaran serta jauh dari keluh-kesah.
Dalam hal pakaian, Rasul saw. pernah berpesan kepada Bunda Aisyah ra., “Jika engkau senang bersamaku (di surga) maka cukuplah bagimu bagian dari dunia seperti bekal seorang pengendara unta (orang bepergian), jauhilah bergaul erat dengan orang kaya (khawatir dirasuki sifat tamak), dan jangan engkau meminta ganti pakaianmu hingga engkau menambalnya.” (HR at-Tirmidzi dan al-Hakim).

Urwah menceritakan bahwa Aisyah ra. tidak mengganti pakaiannya dengan yang baru hingga ia menambal pakaiannya. Namun, ketakwaan, kedermawanan, kesalihan dan keilmuannya menjadikannya selalu jelita di mata Allah, Rasul saw. dan seluruh manusia. Subhanallah..

Imam Ali kw. pernah bercerita kepada Ibn A’buda tentang Fathimah, anggota keluarga yang paling Rasul cintai:

Ia memutar penggilingan hingga berbekas tangannya, memanggul timba hingga membekas di pundaknya, dan membersihkan rumah hingga pakaiannya penuh debu. Lalu datang pembantu kepada Rasul saw. Kamudian aku berkata, “Seandainya engkau datang kepada ayahmu dan meminta seorang pembantu.”

Lalu ia mendatangi Rasul, tetapi banyak orang bersama beliau. Ia datang lagi besoknya. Rasul bertanya, “Apa keperluanmu?”

Fathimah diam saja. Lalu Ali kw. berkata, “Aku ceritakan kepadamu, ya Rasulullah. Ia memutar penggilingan hingga berbekas tangannya, memanggul timba hingga berbekas pundaknya. Lalu ketika datang pembantu kepadamu, aku menyuruhnya mendatangimu agar meminta pembantu yang bisa menghilangkan kesusahannya itu.”

Rasul bersabda, “Bertakwalah kepada Allah, Fathimah, tunaikan kewajiban Tuhanmu dan kerjakan pekerjaan (mengurus) keluargamu. Jika engkau menghampiri peraduanmu, bertasbihlah 33 kali, bacalah hamdalah 33 kali, lalu takbir 34 kali, dan itu genap 100 kali. Itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu.”

Fathimah pun berkata, “Aku ridha dengan pemberian dari Allah dan Rasulnya.” (HR Abu Dawud).






[Continue reading...]

Kisah Kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Khattab

- 0 komentar
Assalammualaikum Wr.Wb
Sobat pembaca yang di muliakan Alloh, setiap negara pasti ada seorang pemimpin yang memimpinnya. Andai saja negara kita dipimpin oleh seseorang yang memiliki rasa penuh kasih sayang (seperti kepemimpinannya Nabi Muhammad, Khulafaur Rashidin, dan pemimpin islam terdahulu) pastilah negara kita ini akan terbina dengan baik menurut syariat.
Inilah sedikit Kisah mengenai kepemimpinan Amirul Mukminin Umar Ibnu Khattab yang seharusnya diteladani oleh pemimpin-pemimpin kita termasuk kita sendiri.




Suatu masa dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan, tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.

Putus asa mendera di mana-mana. Saat itu Umar sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikannya saksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari ia menginstruksikan aparatnya menyembelih onta-onta potong dan menyebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong rakyat datang untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ini.”

Umar menabukan makan daging, minyak samin, dan susu untuk perutnya sendiri. Bukan apa-apa, ia khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu, hanya menyantap sedikit roti dengan minyak zaitun. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.”

Hampir setiap malam Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya.

Malam itu pun bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar bin khattab dan Aslam bergegas mendekati kemah itu, siapa tahu penghuninya membutuhkan pertolongan mendesak.

Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.

“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.

Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci.

“Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?” tanya Umar.

Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, “Anakku….”

“Apakah ia sakit?”

“Tidak,” jawab si ibu lagi. “Ia kelaparan.”

Umar dan Aslam tertegun. Mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam. Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya.

Umar tidak habis pikir, apa yang sedang dimasak oleh ibu tua itu? Sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Umar berkata, “Apa yang sedang kau masak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?”

Ibu itu menoleh dan menjawab, “Hmmm, kau lihatlah sendiri!”

Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih terbelalak tak percaya, Umar berteriak, “Apakah kau memasak batu?”
 Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala.
“Buat apa?”

Dengan suara lirih, perempuan itu kembali bersuara menjawab pertanyaan Umar, “Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan.”

Ibu itu diam sejenak. Kemudian ia melanjutkan, “Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”

Mendengar penuturan si Ibu seperti itu, Aslam akan menegur perempuan itu. Namun Umar sempat mencegah. Dengan air mata berlinang ia bangkit dan mengajak Aslam cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda tua yang sengsara itu.

Karena Umar bin Khattab terlihat keletihan, Aslam berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biarlah saya yang memikul karung itu….”

Dengan wajah merah padam, Umar menjawab sebat, “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”

Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika terseok-seok Khalifah Umar bin Khattab berjuang memikul karung gandum menuju ke tempat wanita dan anak-anaknya yang sedang kelaparan. Ketika sampai di tempat wanita tersebut kemudian khalifah Umar meletakkan karung berisi gandum dan beberapa liter minyak samin ke tanah, kemudian memasaknya. Tatkala gandum tersebut sudah masak Khalifah Umar meminta sang ibu membangunkan anaknya.

“Bangunkanlah anak untuk makan.”

Anak yang kelaparan tersebut bangun dan makan dengan lahapnya. Anak tersebut kembali tertidur dengan perut yang telah kenyang.

“Wanita itu berkata, terimakasih, semoga Allah membalas perbuatanmu dengan pahala yang berlipat.”

Sebelum pergi khalifah Umar berkata kepada wanita tersebut untuk datang menemui khalifah Umar bin Khattab ra, karena khalifah akan memberikan haknya sebagai penerima santunan negara.

Esok harinya pergilah wanita tersebut ke tengah kota Madinah untuk menemui khalifah Umar bin Khattab ra, dan tatkala wanita tersebut bertemu dengan khalifah Umar, betapa terkejutnya wanita tersebut, bahwa khalifah Umar adalah orang yang memanggulkan dan memasakkan gandum tadi malam.

Semoga pemimpin-pemimpin di Negeri ini bisa tertegur hatinya, kemudian bisa meneladani, setidaknya seperti apa yang telah dilakukan Amirul Mukminin tadi. Amin....
[Continue reading...]

Sabtu, 25 Mei 2013

Amirul Mukminin / Umar Bin Khattab ra

- 0 komentar
Umar bin Khattab, sebelum masuk agama Islam selalu memusuhi Nabi Muhammad SAW. Tetapi setelah memeluk agama Islam, ia menjadi sahabat Rasulullah SAW dan bahkan terpilih sebagai khalifah ke dua setelah Abu Bakar As-Shiddiq.
Umar merupakan seorang mujtahid dan salah satu dari Khulafaur Rasyidin. Umar lahir pada tahun 581 M. Ia berasal dari suku Adi yang terpandang mulia dan mempunyai martabat tinggi.
Sejak menjadi pemuda, Umar dikenal sebagai orang yang pemberani. Saat Umar masuk Islam, banyak keluarganya dan tokoh-tokoh Arab lain yang masuk Islam. Sehingga jumlah kaum muslimin semakin banyak dan dakwah Islam tidak lagi dilakukan secara sembunyi sembunyi, tetapi disiarkan secara terang-terangan.. Ketegasan dan keberanian Umar merupakan kekuatan besar dalam pengembangan Islam.
Sebelum Umar masuk Islam, Umar adalah musuh Nabi SAW dan para pengikutnya. Ketika mengetahui bahwa adiknya yaitu bernama Fatimah dan suaminya memeluk Islam, Umar sangat kesal dan segera mendatangi adiknya dengan penuh emosi memukul Fatimah beserta suaminya yaitu pada saat Fatimah membaca Al Qur’an.
Namun sesaat kemudian Umar melihat lembaran bertuliskan ayat Al Qur’an . Ketika membacanya perasaannya menjadi tenang dan damai. Timbullah keinginan yang kuat dalam dirinya untuk menemui Rasulullah SAW dan akhirnya Umar pun memeluk agama Islam. Umar masuk Islam ketika berumur 27 tahun.
Umar Sebagai Khalifah
Sebelum Abu Bakar wafat, memanggil beberapa sahabat untuk dimintai pendapat tentang rencana penunjukan khalifah yang akan menggantikannya. Umar merupkan calon tunggal . Abu Bakar dan sahabat setuju dengan pilihan itu. Pada tahun 13 H / 634 M akhirnya Umar di baiat menjadi khalifah kedua dengan gelar Amirul Mukminin artinya panglima orang-orang beriman.
Umar bin Khattab merupakan pimpinan yang ideal. Hidupnya bersama keluarganya sangat sederhana. Beliau juga sangat adil dan dekat dengan rakyat. Pada malam hari beliau sering keliling kampung untuk mengamati keadaan rakyatnya.
Umar sebagai khalifah membuat kebijakan dalam pemerintahan . Beliau melakukan ekspansi besar-besaran sehingga pereodenya dikenal dengan nama futuhat al islamiyyah artinya perluasan wilayah Islam. Dan pembagian propinsi Islam. Beliau juga membentuk badan-badan pemerintahan dan membuat prinsip-prinsip peradilan.
Umar juga dikenal sebagai sahabat nabi yang berani melakukan ijtihad / pemikiran. Misalnya mengusulkan penyelenggaraan salat tarawih berjamaah, penambahan as salatu khairum minan naum dalam adzan Subuh, pencetus ide pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an, dan penentuan kalender hijriyah.
Pada saat Rasulullah masih hidup dan para sahabatnya, sangat kagum kepada Umar. Nabi Muhammad memberinya gelar Al Faruq yang berarti pembeda atau pemisah. Maksudnya, Allah SWT telah memisahkan dalam diri Umar antara yang hak dan yang bathil.
Umar sebagai pemimpin yang ideal sehingga membuat iri musuh-musuhnya. Pada hari Sabtu tanggal 26 Zulhijah 23 H, Umar ditikam Abu Lu’luah hingga wafat saat hendak shalat Subuh. Umar meninggal di usia 63 tahun dan menjabat sebagai khalifah selama 10 tahun 6 bulan 8 hari.
[Continue reading...]

Keteladanan Rosululloh SAW / Kisah Motivasi

- 0 komentar
Assalammualaikum Wr.Wb
Kembali saya hadir di tengah temen-temen yang senantiasa haus akan ilmu, wawasan, pengetahuan dan sebagainya. Kali ini kita akan membahas keteladanan seorang Rosul Alloh (Nabi Muhammad SAW) bagi umatnya.
Saya mau tanya terlebih dahulu! Pernakah temen-temen merasa lapar pada suatu hari? Pasti jawabannya pernah, nabi kita pun juga pernah merasakan seperti itu karena nabi sama halnya seperti kita yaitu manusia biasa, yang butuh makan, tidur, dan sebagainya. Dalam hal lapar ini pasti kita sering sekali mengeluh pada Alloh bahkan terkadang sampai melupakan nikmat-nikmat Alloh yang lain (seperti masih diberi penghidupan, mata yang bisa melihat dan banyak lagi. Sampai-sampai jika seorang yang bertitel profesor pun jika disuruh untuk menghitung pasti tidak akan sanggup karena saking banyaknya) yang telah diberikan kepada kita. “Haduhh rasanya Alloh nggak sayang sama kita, katanya Alloh adalah tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang mana buktinya..?”
Atau bahkan kita sering tidak mensyukuri makanan yang telah ada, mungkin karena dari segi bentuk tidak menarik maka tidak mau makan. Padahal diluaran sana banyak dari kaum muslimin yang sampai berhari-hari tidak bisa merasakan makanan karena negaranya dirundung masalah (seperti Palestina yang sampai saat ini di bombardir Israel). Seharusnya kita bisa mensyukuri apa yang telah Alloh berikan pada hari ini, belum bisa dikasih makan/ makan sehari hanya sekali tidak masalah, syukuri, toh mata kita masih bisa melihat, kaki kita masih bisa untuk berjalan dan lain sebagainya.  Karena tidak sedikit orang-orang yang diluaran sana matanya tidak bisa melihat, kakinya tidak bisa digunakan untuk berjalan, telinganya tidak berfungsi. Syukuri, syukuri nikmat  yang telah kita peroleh hari ini. Jangan sampai kita membuat murkanya Alloh pada diri kita karena kita tergolong orang-orang yang tidak mau bersyukur.


Inilah keteladanan Rosul
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Tarmidzi dari Nu’man bin Basyir r.a bahwa ia berkata “Bukankah kamu sekarang bisa hidup bermewah-mewah dengan makan dan minum, apa saja yang kamu mau, kamu mendapatkannya. Aku pernah melihat Rasulullah Muhammad SAW hanya mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!”
Atau ada kisah juga seperti berikut ini. Pada suatu ketika Umar bin Khattab r.a menyebut apa-apa yang bisa dinikmati manusia sekarang ini dari dunia. Maka dia berkata” aku pernah melihat Rasulullah SAW seharian menanggung lapar, karena tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.”
Pernah juga kisah yang lain datang dari sahabat Abu Hurairah r.a , ia berkata “Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW ketika dia sedang sholat sambil duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu sholat sambil duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau: Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia.”
Subhanallah, inilah teladan agung dari seorang pemimpin yang harus menjadi contoh bagi kita semua.
Semoga bermanfaat.
wassalammualaikum.
[Continue reading...]

Jumat, 24 Mei 2013

Tekhnik Mengatasi Nyeri (Part 2)

- 0 komentar


KOMPRES
  1. Pemberian kompres panas
  2. Pemberian kompres dingin

KOMPRES PANAS
Pengertian: Memberikan rasa hangat pada pasien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Tujuan
  1. Memperlancar sirkulasi darah
  2. Mengurangi rasa sakit
  3. Merangsang peristaltik usus
  4. Memperlancar rasa nyaman/hangat dan tenang pada pasien
Dilakukan Pada:
  1. Pasien dengan perut kembung
  2. Pasien yang kedinginan, misalnya: akibat narkose, karena iklim, dsb.
  3. Pasien radang, misalnya: radang persendian, adnexitis
  4. Kekejangan otot (spasmus)
  5. Adanya abses (bengkak) akibat suntikan
  6. Tubuh dengan abses, hematom
Cara pemberian kompres panas:
  1. Kompres panas basah
  2. Kompres panas kering:
a.       Buli-buli panas
b.      Bantal listrik

·         Kompres panas basah
Cara bekerja:
Persiapan alat-alat:
Baki berisi:
1.       Kom bertutup steril berisi cairan hangat sesuai kebutuhan (40-46 derajat)
2.       Bak steril berisi pinset 2, kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
3.       Perban kassa atau kain segitiga
4.       Plester dan gunting plester
5.       Pengalas
6.       Sarung tangan bersih ditempatnya
7.       Kapas dan wash bensin dalam botol kecil
8.       Bengkok 2 (satu kosong, satu berisi lysol 3%)
Persiapan pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang perasat yang akan dilakukan
Prosedur:
1.       Membawa alat-alat ke dekat pasien
2.       Memasang sampiran bila perlu
3.       Membantu pasien pada posisi yang nyaman dan tepat
4.       Mencuci tangan
5.       Memasang pengalas dibawah lutut, anggota yang akan diberi kompres
6.       Memakai sarung tangan
7.       Membuka balutan perban (bila diperban) dan membuang bekas balutan ke dalam bengkok kosong
8.       Mengambil beberapa potong kassa dengan pinset dari bak steril dan memasukkannya ke dalam kom berisi cairan hangat untuk mengompres
9.       Mengambil pinset satu lagi untuk memegang dan memeras kassa kompres hangat dan kom kompresan hangat agar kasa tidak terlalu basah
10.   Selanjutnya mengambil kasa diregangkan/dibentangkan dan diletakkan di atas area yang membutuhkan kompres hangat
11.   Memperhatikan respon pasien adakah rasa tidak nyaman dan dalam beberapa detik setelah kasa hangat menempel kulit, angkat kasa untuk mengkaji apakah ada kemerahan pada kulit yang dikompres
12.   Bila pasien mentoleransi kompres hangat tersebut, kasa kompres hangat basah ditutupkan pada area yang memerlukan kompres lalu dilapis kasa kering selanjutnya dibalut perban kassa atau kain segitiga dan difiksasi dengan plester atau diikat
13.   Melakukan perasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program terapi dan mengganti balutan kompres hangat setiap 5 menit sekali
14.   Melepas sarung tangan dan dimasukan dalam tempatnya
15.   Mengatur posisi pasien kembali nyaman
16.   Membereskan dan membersihkan alat-alat untuk disimpan kembali
17.   Mencuci tangan
18.   Mendokumentasi

·         Kompres panas dengan buli-buli panas
Tujuan
1.       Mengurangi/membebaskan rasa nyeri, spasmus otot, peradangan atau kongesti
2.       Memberikan rasa hangat
Dilakukan pada
1.       Pasien yang kedinginan
2.       Atas saran dokter
Cara Bekerja:
Persiapan alat:
Baki berisi:
1.       buli-buli panas dan sarungnya
2.       Termos berisi air panas
3.       Termometer air panas
4.       Lap kerja
Persiapan pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang perasat yang akan diberikan
Prosedur:
1.       Menyiapkan peralatan
2.       Mencuci tangan
3.       Melakukan pemanasan pendahuluan pada buli-buli panas dengan cara: mengisi buli-buli dengan air panas, mengencangkan penutupnya, kemudian membalik posisi buli-buli berulang kali lalu dikosongkan isinya
4.       Menyiapkan dan mengukur suhu air yang diinginkan (50-60 derajat)
5.       Mengisi buli-buli dengan air panas sebanyak setengah bagian, lalu mengelurakan udaranya
6.       Memeriksa buli-buli apakah bocor/tidak, lalu dikeringkan dengan lap kerja dan dimasukkan dalam sarungnya
7.       Membawa buli-buli ke dekat pasien
8.       Memberitahu pasien
9.       Menyiapkan/mengatur  posisi pasien
10.   Meletakan/memasang buli-buli pada bagian/area yang memerlukan
11.   Mengkaji secara teratur kondisi pasien untuk mengetahui kelainan yg timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli panas misal: kemerahan, ketidaknyamanan/kebocoran, dsb.
12.   Mengganti buli-buli panas setelah 20 menit dipasang dengan air panas lagi, sesuai yang dikehendaki.
13.   Membereskan dan mengembalikan peralatan bila perasat sudah selesai
14.   Mencuci tangan
15.   Mendokumentasikan

·         Kompres panas dengan bantal listrik
Dilakukan pada:
1.       Pasien dengan sakit perut pada keadaan tertentu.
2.       Pasien yang kedinginan
Cara bekerja
Persiapan alat-alat:
Baki berisi:
1.       Bantal listrik dengan sarungnya
2.       Handuk
Persiapan pasien:
Pasien diberi penjelasan tentang perasat yang akan diberikan
Prosedur:
1.       Membawa alat-alat ke dekat pasien
2.       Memeriksa tegangan listrik, sesuai voltage bantal listrik dengan stop kontak, setelah itu bantal dimasukkan sarungnya
3.       Mencuci tangan dan mengeringkan dengan seksama
4.       Mengatur posisi pasien
5.       Meletakan handuk di atas bagian yang akan dipasang bantal listrik
6.       Meletakan bantal listrik yang telah diberi sarung diatas handuk, lalu dinyalakan. Suhu diatur jangan terlalu panas
7.       Mengawasi/menunggui pasien selama pemakaian bantal listrik
8.       Mengangkat bantal listrik bila sudah cukup/selesai menggunakannya
9.       Merapikan pasien kembali
10.   Membereskan dan menyimpan kembali alat yang dipakai
11.   Mencuci tangan
12.   Mendokumentasikan

KOMPRES DINGIN
Terdiri dari:
  1. Kompres dingin basah
  2. Kompres dingin kering
Pengertian
Memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh untuk tujuan terapeutik
Tujuan
  1. Menurunkan suhu tubuh
  2. Mencegah peradangan meluas/terjadinya radang tidak meluas
  3. Kongesti berkurang
  4. Perdarahan setempat berkurang
  5. Rasa sakit setempat berkurang
  6. Luka menjadi bersih
Dilakukan pada pasien dengan
  1. Suhu tinggi
  2. Radang
  3. Memar
  4. Batuk/muntah darah
  5. Pasca tonsilektomi
  6. Luka tertutup/terbuka

·         Kompres dingin basah
Menggunakan
1.       Larutan obat antiseptik
2.       Air biasa/air es
3.       Kompres dingin basah dengan antiseptik

      Cairan yg digunakan:
a.       Larutan NaCl
b.      Larutan betadine
Perbandingan keduanya adalah 2:1
Peralatan:
a.       Mangkuk bertutup steril
b.      Cairan yang diperlukan
c.       Bak steril berisi: pinset anatomis 2, kain kasa
d.      Pembalut bila perlu
e.      Perlak kecil
f.        Sampiran bila perlu
Persiapan pasien:
Pasien diberi penjelasan
Prosedur:
1.       Membawa alat-alat ke dekat pasien
2.       Memasang sampiran
3.       Mencuci tangan
4.       Memasang alas dibwah bag yang akan dikompres
5.       Mengocok obat/cairan kompres bila ada endapan
6.       Menuangkan cairan ke dalam mangkok steril
7.       Memasukan kassa ke dalam cairan kompres
8.       Memeras kain kassa dengan 2 pinset
9.       Meletakan kassa bag yang akan dikompres dan dibalut
10.   Menutup selimut bila perlu’
11.   Merapikan pasien jika perasat sudah selesai
12.   Membereskan alat
13.   Mencuci tangan
14.   Mendokumentasikan

·         Kompres Dingin Basah dengan menggunakan air biasa atau air es.
Pengertian:
Memberikan rasa dingin setempat dengan lap/kain kassa yang dicelupkan dalam air biasa/es
Tujuan:
1.       Rasa sakit setempat berkurang
2.       Suhu badan turun
3.       Perdarahan setempat berkurang
Tempat pengompresan:
1.       untuk menurunkan suhu tubuh di: ketiak dan lipat paha
2.       Untuk mengurangi perdarahan/nyeri : tergantung tempatnya
Persiapan alat2:
1.       Baki berisi: waskom, pengalas, waslap/kain kasa
2.       Selimut
3.       Sampiran
Persiapan pasien: pasien diberi penjelasan
Prosedur:
1.       Membawa alat-alat ke dekat pasien
2.       Memasang sampiran
3.       Mencuci tangan
4.       Memasang alas dibwah bag yang akan dikompres
5.       Memasukan waslap kedalam air biasa/air es dan diperas sampai lembab
6.       Meletakan waslap di atas bag yang memerlukan
7.       Mengganti waslap tiap kali dengan waslap yang sudah terendam dalam air biasa/air es, diulang-ulang  sampai suhu turun
8.       Merapikan pasien bila perasat sudah selesai
9.       Membereskan alat dan menyimpan kembali
10.   Mencuci tangan
11.   Mendokumentasikan

Pemberian kompres dingin kering
Pengertian:
Memasang eskap/eskrag pada tubuh untuk tujuan terapeutik dengan menggunakan:
1.       Kirbat es/eskap: bentuk bundar/lonjong digunakan untuk kepala, daa dan perut
2.       Eskrag: bentuk memanjang digunakan untuk bagian leher
Tujuan:
1.       Menurunkan suhu
2.       Mengurangi sakit/nyeri setempat
3.       Mengurangi perdarahan, misal: post tonsilektomi, muntah/batuk darah, perdarahan usus, perdarahan lambung, post partum
Dilakukan pada:
1.       Pasien dengan suhu tinggi
2.       Pasien dengan perdarahan hebat, misal epitaksis
3.       Pasien yg kesakitan, misal: infiltrat appendikuler, sakit kepala hebat, dll
4.       Pasien pasca bedah tonsil (tonsilektomi)
Mengisi dan memberikan kirbat es/eskrag
Persiapan alat:
1.       Eskap/eskrag dengan sarungnya
2.       Waskom berisi potongan-potongan kecil es dan 1 sdt garam
3.       Air dalam waskom
4.       Lap kerja
5.       Perlak kecil dan alasnya
Persiapan pasien: pasien diberi penjelasan
Prosedur:
1.       Membawa alat-alat ke dekat pasien
2.       Mencuci tangan
3.       Memasukan potongan es dalam waskom air supaya pinggir es tidak tajam
4.       Mengisi kirbat es/eskrag ½ bagian
5.       Mengeluarkan udara dari eskap dengan melipatkan bagian yang kosong, lalu ditutup rapat
6.       Memeriksa eskap/eskrag adakah bocor/tidak
7.       Mengeringkan eskap/eskrag dengan lap dan memasukan kedalam sarung eskap/eskrag
8.       Membuka area yang akan diberi kompres dan atur posisi pasien sesuai kebutuhan
9.       Memasang pengalas pada bagian tubuh yang akan diberi kompres
10.   Meletakan eskap pada bagian yang memerlukan kompres
11.   Mengkaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa dan suhu tubuh
12.   Mengangkat eskap bila sudah selesai
13.   Mengatur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman
14.   Membereskan alat-alat dan menyimpan ke tempat semula
15.   Mencuci tangan
16.   Mencatat kegiatan yang telah dilakukan perawat

[Continue reading...]
 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger