Rabu, 30 Januari 2013

Lika Liku Usahaku (Dagang)

- 1 komentar
(kisahku)
Rabu, 31 Januari 2013

                Sedikit menceritakan bagaimana ternyata tidak mudah mencari uang. Mencari uang tidaklah segampang yang kita bayangkan, bukannya bermaksud untuk menurunkan semangat para pencari kerja namun artikel yang saya buat ini adalah sebagai renungan bagi kita semua agar menggunakan uang seperlunya saja.

Awalnya ngga ada pikiran untuk berdagang, semangat dagang baru muncul kemarin-kemarin. Itu saja digugah oleh teman-teman saya, jika saya tidak melihat teman-teman yang mempunyai rasa dan jiwa semangat berbisnis (enterpreneur) dikala itu, mungkin sampai sekarangpun saya tidak akan berani mencoba. Ketika itu yang paling menggugah saya untuk berdagang adalah Sahal Anifan, dia kuliah di Unsoed Fakultas Peternakan dan satu angkatan dengan saya. Waktu itu bisnis yang ia jalani adalah dagang kerupuk mentah, katanya dia ambil krupuk itu dari salah seorang yang masih keluarganya, sering sekali dalam waktu seminggu dagangannya habis dari 3 kantong kerupuk. Faktor yang lainnya datang dari 2 angkatan lebih tinggi dari saya, yaitu mas Iqbal, dia berbisnis roti siap makan (seperti jenis Bakery gitu). Dan satu lagi muncul dari angkatan 2011 dari, dia bernama Feriansyah dengan bisnis donatnya, dari ketiga dagangan temen ini, saya tertarik pada bisnis Donat Kentangnya mas Feri.

Setelah melihat pejuang-pejuang ini, tidak langsung saya memutuskan untuk berdagang namun masih ada rasa malu dan yang paling terpikirkan dalam otak saya yaitu bagaimana kalau dagangan saya tidak laku, seperti itu. Rasa itu belum bisa hilang-hilang dalam benak saya, sampai akhirnya saya disusul oleh teman 1 angkatan lainnya yaitu Imam Mukhlisin dan Roni Firmansyah. Mereka berdua mendahului saya dalam hal berbisnis, tapi ketika itu juga belum hilang rasa malu dan takut saya dalam hal usaha dagang.

Ada waktu dimana saya sedang bareng dengan Sahal kala itu, akhirnya saya menceritakan benalu yang ada pada diri saya, bahwa sebenernya  saya ingin belajar menjadi pebisnis namun ada rasa malu dan takut akan dagangan saya jika tidak ada yang beli. Sahal menjawab dengan tenang, “Hilangkan rasa malu dan takut dagangan tidak dibeli, berpikir positif saja, aku juga pernah mengalami apa yang sekarang kamu alami, yang penting mencoba dahulu.” Sekitar 5 hari setelah motivator saya mengucapkan seperti itu, akhirnya timbul rasa kematangan untuk mencoba dagang. Owh iya, belum saya tuliskan tujuan saya dagang yah. #kelupaan, Heee. Jadi tujuannya agar bisa meringankan beban orang tua, setidaknya saya bisa membiayai urusan untuk makan dan bensin sendiri sebagai seorang mahasiswa keperawatan.

Dengan rasa malu bercampur keseriusan saya pasti bisa, saya coba untuk melakukannya. Hari pertama dagang, langsung diserbu dagangan (donat kentang) saya oleh temen-temen 1 kelas. Owh iyah saya dagang donat kentang bukan buatan saya sendiri melainkan ngambil/ ngorder dari seorang ibu-ibu yang lumayan usianya sudah sepuh. Hari pertama, kedua, ketiga selalu habis mungkin karena masih awal-awal kali yah. Sampai pada akhirnya donat kentang yang saya bawa kekampus masih sisa banyak, agar menghabiskan donat-donat tersebut maka saya berjualan keliling. Ada kalanya mahasiswa yang mau beli dan adakalanya juga mahasiswa yang tidak mau beli/ menolak, nah disaat mahasiswa yang tidak menghiraukan, perasaanku sangat malu. Coba saja kalau sobat sekalian mengalami seperti itu, ketika menawarkan dagangan kemudian dicueki. Raut muka yang susah dipasang akhirnya pasti keluar juga (antara senyum dan kesel), haaaaa.

Kata rosul, jika melakukan sesuatu untuk kebaikan maka istiqomahlah agar Alloh memberkahi. Saya coba untuk istiqomah dan alhamdulillah setiap hari donat kentang yang saya bawa habis terus, tidak lupa untuk shodaqoh lho yah....

Butuh proses dan perjuangan agar dapat meraih sesuatu. Syukuri apa yang telah orang tua berikan pada kita serta pergunakan amanah tersebut seperlunya disaat ada kebutuhan yang memang harus dibeli. semoga dapat bermanfaat.
Wassalammu'alaikum




[Continue reading...]

Selasa, 29 Januari 2013

Hikmah Dibalik Sedekah

- 0 komentar
(Kisahku)
Rabu, 30 Januari 2013

Mohon maaf sobat, kejadian ini telah lama sobat Jovi alami namun baru kali ini sobat Jovi menuliskannya. Kejadian yang sangat menarik untuk disimak.
                Kali itu tanggal berapa, saya sudah lupa (heee, maklum sudah terlalu lama soalnya) yang jelas harinya masih ingat, hari sabtu dan minggu dan waktu itu saya masih duduk di bangku SMA kelas XI semester 2 (jangan diartikan secara sempit lho yah, maksudnya masih belajar di SMA.) berarti masih pada tahun 2011, sekarang 2013, wehhh lama juga yah..
                Pada hari itu saya ditugaskan dari pihak sekolah untuk mengikuti Sosialisasi Konselor Bahaya Merokok Aktif maupun Pasif sekabupaten Pemalang kalo ga salah, soalnya banyak dari SMA-SMA lain yang ikut sii. Saya ditugaskan amanah yang mulia ini (haaa mulia... mulioo kalii, hee guyon-guyon. Santai bro santai jangan tegang) tidak sendirian alias saya ditemani oleh 3 orang teman saya lainnya yang berasal juga dari SMA N 1 Bantarbolang (SMA paling terfavorite di Kec. Bantarbolang, Heee). Sebut saja meraka Luxi teman sekelas saya, sedangkan Fajar R dan Labib adalah adik kelas saya.
                Kami berangkat ke Moga tempat Sosialisasinya, tepatnya di Hotel (tapi saya lupa nama hotelnya, seingat saya hotel itu didepan persis pemandian moga) dengan sendiri-sendiri dan tidak memakai kendaraan bermotor karena acaranya menginap (yaaa walaupun satu malam), ternyata saya yang paling awal sampai di Moga kemudian disusul oleh ketiga temen saya ini, mereka menyusul saya secara bersamaan (orang rumahnya juga 1 alamat, bagemana ga bareng. Haa:D). Setelah turun dari bis, tidak langsung masuk ke hotel namun temen yang bertiga ini sarapan dulu di depan pemandian Moga. Saya hanya menunggu mereka, karena saya sudah terlebih dahulu sarapan di rumah. Sembari menunggu mereka sarapan ada ibu-ibu yang usianya sudah dikatakan lansia (lanjut usia) datang menghampiri saya, ternyata ibu itu meminta santunan pada saya, lalu saya kasih ibu itu sejumlah Rp 1.000. Coba kalo saya kasih sama ibu itu lebih dari Rp 1.000, padahal di saku saya ada uang lebih dari Rp 1.000 ( pasti saya lebih beruntung lagi.) dan anehnya si ibu itu hanya meminta pada saya saja, tidak pada 3 orang temen saya yang lainnya. (#sudah mau memasuki ke Tema sesungguhnya ni, tetep dibaca yah... heheheee, kisah nyata lho ini, kisah nyata.)
                Setelah ketiga temen saya selasai sarapan, kemudian kami memasuki hotel untuk registrasi. Selasai registrasi kami diantarkan dari pihak panitia konselor ke kamar yang telah disediakan untuk kami, kami berempat hanya diberi kamar satu, dimana ada 2 tempat tidur jadi 1 tempat tidur untuk 2 orang anak (lho kok jadi hitung-hitungan kaya mapel matematika yah, heee). Waktu itu kebetulan sama luxi temen sekelas saya diranjang yang sama.
                Acarapun dimulai, seperti biasa yang namanya acara sosialisasi mesti ada tentor yang meyampaikan materi dulu, entah dimana itu, samuanya mesti kaya gitu (ya iya lah, namanya juga sosialisasi). Sekitar kurang lebih 2 jam tentor menyampaikan materinya, ternyata diakhir acara yang pertama, kami tidak menyangka-nyangka dan menduga-duga disuruh mengerjakan soal yang telah disediakan, karena tadi tidak menyimak tentor dengan sungguh-sungguh, saya kuwalahan terhadap soal-soal yang dihadapan saya ini (waduhhh bagaimana iniii??? #lebay-lebay). Dalam pikir, daripada tidak diisi lebih baik seadanya yang diketahui saja, saya tulis seadanya yang diketahui saya. Soalpun selasai digarap, kemudian istirahat untuk sholat dan makan, #disini makannya prasmanan jadi ambil aja yang banyak, heee :D)
                Pukul 13.30 acara dilanjut lagi, ternyata soal yang tadi dikerjakan sudah terkoreksi semua. Hati berdebar-debar menanti hasil yang telah dikerjakan. Dalam benak saya, pasti saya yang paling tinggi nilainya...!!! nilai disebutkan 1 per 1 oleh panitia dan menggunakan pengeras suara lagi, apa yang dipikiran saya ternyata melenceng 90 derajat, artinya nilai saya yang paling terendah.. #toet-toeeeettttt, sedih bercampur malu menyelimuti diri saya, gimana ga malu coba! Adik kelas saya nilainya lumayan menengah, kaka kelasnya jeblog, waduh-waduhh. Langsung drop kondisi saya saat itu. Tapi saya tidak ada sedikitpun rasa menyerah untuk memperbaiki kekurangan saya.
                Tentor menyampaikan kembali materi-materinya tibalah sampai pada jam setengah lima, waktunya untuk istirahat, hal yang pertama dilakukan adalah sholat Ashar, kemudian belajar dengan serius karena besok ada tes yang bener-bener tes dan yang nilainya tertinggi katanya diberi hadiah, ini kesempatan saya bahwa saya bisa, setelah belajar lalu mandi, Sholat Maghrib, makan malam, sholat Isya, dan dilanjut pengisian materi kembali. Detik, menit, dan jam demi jam terlewati dengan hati yang penuh rasa gelisah dan malu. Pada materi ini, disuguhkan tanya jawab secara lisan, kebetulan pertanyaannya itu mengenai umur berapa sang mentoring? Dan yang bisa menjawab ada doorprice sebesar Rp 50.000, temen-temen saya maupun temen-temen yang dari SMA lain berlomba-lomba menjawab, tetapi tidak ada yang berhasil satupun. Kemudian saya tunjuk jari, dipersilahkan oleh tentornya untuk menjawab, jawaban yang saya ucapkan tanpa pemikiran atau wangsit, nyeplos saja gitu. Ehh tau-taunya bener...Horreee dikasih Rp 50.000. Alhamdulillah kata yang pertama terucap dari mulut saya. Sekitar jam setengah 11 acara sudah selasai, peserta konselor menuju ke kamar masing-masing. Kali ini sudah agak terobati perasaan sedih saya (mata duitan banget yah, dikasih Rp 50 rb saja sudah terobati,,, Bukan begitu maksudnya, dalam kamar soalnya saya baru ingat, owh iyah bahwa tadi pagi saya sedekah sama ibu-ibu sepuh walaupun Cuma Rp 1.000.,). Rp 50 rbyang saya dapatkan itu membuktikan yang dijanjikan Alloh, kan janji Alloh kalo membelanjakan harta kita dijalan Alloh maka akan digantikan 10 kali lipat. Jangan berpikiran, lho itu kok hanya 5 kali lipat?? Yang 5 lagi kemana??, jangan yah, jangan. Soalnya ceritanya masih ada lanjutanya bahwa Alloh akan menambahkan yang 5 belum dibayarkan, bahkan Alloh melipatgandakan lebih dari 10 kali lipat. Simak saja kelanjutannya............
                Jam 22.30 bukannya langsung tidur, tetapi saya gunakan untuk belajar sejenak karena besok mau ada tes lagi. Lama-lama ngantuk juga belajar kemaleman, kira-kira sampai jam 11.30. memutuskan untuk tidur dan bangun jam 3.30. Mandi dan belajar lagi hal yang pertama dilakukan, adzan pun tiba lalu sama-sama kami kemushola menunaikan sholat shubuh. Jam 6.30 makan secara prasmanan, kemudian jam 8 kumpul lagi untuk mendengarkan mentoring. Jam 9.30 tentor selesai memaparkan materinya, dilanjut pengerjaan soal-soal yang telah awal saya tadi ceritakan. Alhamdulillah, yang kupelajari keluar semua, kali ini saya tidak mau kepedean dapat nilai tinggi. Ternyata setelah dikoreksii saya peringkat 1 dari sekian banyak peserta yang ikut. Saya dikasih penghargaan dan hadiah. Disinilah Alloh memberikan yang kurang dari 5 kali tadi bahkan menurutku lebih dari 10 kali lipat. Dan ketika pulang pun Alhamdulillah dengan biaya gratis.
                Sahabat yang berbahagia, dalam hidup itu harus selalu bersyukur apa yang telah diberikan Alloh pada kita. Kalaupun sahabat ingin menuntut labih pada Alloh, sahabat juga harus lebih dari apa yang biasa sobat kerjakan, amalkan.
                Dengan sedekah, Alloh menggantikannya 10 kali lipat. Sebenernya kita masih hidup dan masih bisa menikmati yang namanya udara yang gratis ini adalah kenikmatan yang telah Alloh berikan pada kita. Belanjakanlah harta kita dikala lapang maupun sempit dijalan Alloh sobat. Sebagai tanda bukti rasa saling cinta mencintai antar sesama dan tanda bukti syukur pada Alloh.
Sekian, semoga bermanfaat. Wassalammu’alaikum
 


[Continue reading...]

Pembenahan Diri

- 0 komentar


Senin, 28 Januari 2013

MUHASABAH


                Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun tak terasa berlalu. Jatah umur yang diberikan Alloh pada kita sob, semakin berjalannya waktu semakin berkurang pula umur kita. Banyak orang atau bahkan kita sendiri salah menfsirkan bahwa tahun digantikan tahun atau sama halnya dengan ulang tahun, usia yang telah dijalani semakin bertambah, emang betul sii bertamabah tetapi berkurang jatah masa hidupnya. Kita analogikan dengan baterai dimana baterai semakin kesini umurnya bertambah namun tingkat kapasitas yang dimiliki baterai semakin berkurang karena ada isi yang telah ditetapkan sang pembuat baterai. Sama halnya dengan kita semua, entah itu Presiden sekalipun akan mengalami pengurangan jatah umur (tidak memandang siapa saja) dan sampai pada akhirnya menjumpai kematian karena telah habis jatah umurnya.
                Sahabat yang budiman, akankah kita menghadap pada Alloh dengan dosa-dosa yang telah kita perbuat, dengan perbuatan-perbuatan di dunia tiada manfaat. Sanggupkah kita menjawab kelak akan amanah yang telah diberikan pada kita?
                Selama ini mungkin banyak sekali amalan-amalan yang juga tidak ditermia oleh Alloh, mungkin itu dari sholat, puasa, zakat, haji kita, karena ibadah-ibadah ini bisa mensifatkan riya pada diri kita, ingin dipuji oleh orang lain, melakukan ibadah mengharapkan sesuatu pada orang lain. Semisal, melakukan sholat agar bisa dibelikan motor. Semua ini adalah perbuatan-perbuatan yang tidak disuakai oleh Alloh. Pernah penulis mendengar tausiyah dari salah seorang ustad penulis, ia menceritakan bahwa setelah hari kiamat itu ada hari pembalasan, dimana buku amalan-amalan manusia diserahkan pada Alloh, kemudian ada malaikat yang menyerahkan pada Alloh dengan catatan yang baik-baik dengan berbagai ibadahnya, tetapi disini Alloh tidak mau menerimanya. Kata Alloh, dia beribadah padaKu hanya agar dipuji oleh orang lain tidak untuk-Ku semata. Naudzubillah hi summa naudzubillah.
                Pembenahan-pembenahan diri ini perlu bagi kita, inilah pentingnya manusia menuntut ilmu, kata ustadzku teruh haus dan hauslah menuntut imu. Fenomena-fenomena yang banyak orang lakukan namun itu salah maka tinggalkan, dan fenomena yang sedikit orang lakukan tetapi bersifat kebaikan maka ikuti, kerjakan, dan amalkan. Saat ini malah menjadi kebalikan yang dikerjakan, banyak yang berbondong-bondong nonton konser dan meninggalkan pangajian-pengajian, padahal jika diartikan konser itu neraka dan pengajian itu surga, aneh juga manusia pda kehidupan kali ini yah... waduh-waduh.
                Mari sahabat, kita benahi amalan, ibadah yang kita kerjakan. Sobat jovi menuliskan ini khususnya untuk sobat jovi sendiri dan untuk kemajuan umat. Jangan sampai kita semua diperturutkan dengan hawa nafsu kita. Semoga bermanfaat.
Wassalammu’alaikum
               
               
[Continue reading...]

Sebuah Pengorbanan

- 0 komentar
Ditulis pada 27-01-2013
(kisahku)

Masih bersama saya Jovi Ardan di frekuensi radio kesayangan kita semua (lho ko’ radio, hehee). Ma’ap sobat, kebiasaan jadi penyair radio di 96.7 Mafaza Fm, sebuah jejaring radio ukhuwah yang berpusat di purwokerto komplek masjid Fatimatuzzahra.
Bagaimana kabarnya? Semoga Alloh memberikan kesehatan pada para pembaca sekalian. Amiin,. Kali ini sobat Jovi menulis kisah yang insyaAlloh dapat dijadikan pelajaran didalamnya. Ditulis langsung oleh sobat Jovi lho, heehheee... simak dengan baik ya sob.!!

Sebuah Pengorbanan

          Jika dikatakan pelit kayaknya tidak, dikatakan irit juga kayaknya tidak, tapi kalo dipikir-pikir sebenernya hampir menjurus kedua-daunya siii...heee.
          Saya ini bingung akan kondisi/ status keluarga saya, tergolong tidak mampu kah atau mampu yah.? Kalo dihitung-hitung kayaknya ikut keluarga mampu deh. Sebab bapak saya bisa mengkuliahkan saya di Perguruan tinggi walaupun swasta tapi tetep saya mensyukurinya, sambil mensekolahkan kedua adik saya yang sekarang duduk di bangku 2 SMA dan 5 SD.
          Saya sudah bersyukur sekali pada Alloh yang masih memberikan kesempatanya bagi saya untuk hidup dimuka bumi ini dalam menempuh pendidikan, karena tidak sedikit dari kita sob, yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Ambil contoh saja dari 44 anak di kelas waktu saya SMA, sebagian tidak bisa melanjutkan. Bagi kita yang masih bisa melanjutkan baik negeri maupun swasta tetaplah bersyukur dengan menjalani apa yang diperintahNya dan menjauhi apa yang dilarangNya.

          Sobat Jovi ingin menceritakan kisah hidup sobat Jovi sendiri. Setelah menjalani kehidupan kuliah yang lumayan cukup lama terpisahkan dari orang tua, hari demi hari saya selalu berfikir, lho ko’ banyak sekali pengeluaran sehari-hariku yah(dalam benak seperti itu setiap saat). Bapak saya nyari biaya dari mana ini? Kalo pun bisa nyari biaya pasti dengan kringat yang bercucuran, tenaga yang berlebihan, kurangnya istirahat. Saya malu akan diri saya, saya bisa menggunakan uang yang telah diberikan pada saya tapi saya belum bisa meraih apa yang kedua orang tua harapkan pada saya. Akhirnya saya putuskan untuk sebuah pengorbanan, sebelum saya meraih, mencapai apa yang saya dan kedua orang tua inginkan maka saya akan selalu berhemat. Hari demi hari hanya terisi nasi bungkus sekali. Sebuah pengorbanan yang Insya Alloh mulia dimata Alloh, dengan ini saya akan bisa mengganti jatah makan saya dengan biaya akomodasi maupun tugas-tugas yang diberikan dosen.
Walaupun setiap harinya merasa lapar tapi saya berkeyakinan bahwa Alloh selalu melihat hambanya yang membutuhkan. Amiiinn.
          Sobat sekalian yang mengalami kejadian yang sama dengan sobat Jovi semoga selalu tetap diberikan kesabaran yah, pasti dengan Ikhtiar, usaha, tawakkal dan sabar kita akan meraih yang namanya kesuksesan. Amiiinn.
[Continue reading...]

Senin, 28 Januari 2013

Kerinduan

- 0 komentar


Senin, 28 Januari 2013

Sahabat pembaca yang berbahagia, Jumpa lagi dengan saya, di Jovi Ardan Blog. Kali ini sobat Jovi menuliskan bagaimana kasih sang ibu itu terkenang sepanjang masa.

Kerinduan yang Mendalam

                Saat itu hari Rabu, 23 Januari 2013. Hari itu seperti biasa Masjid Fatimatuzzahra Purwokerto mengadakan Tahsin Qur’an, kegiatan ini biasanya dilakukan 3 kali seminggu tepatnya pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Mungkin karena kecapean, kali itu saya tidak mengikuti Tahsin Qur’an, disebabkan  kemarinnya  ada kegiatan pelatihan desain grafis dan kalo tidak salah tidak istirahat siang (tidur maksudnya). Tanpa pikir panjang, saya memutuskan untuk pergi ke kamar, tarik selimut dan langsung saja tidur (kaya ga ada dosa banget yah, hehee). Sahabat yang berbahagia apa yang terjadi pada waktu itu??? penasaran kan, monggo di waos mawon (ga ngerti yah??, di baca saja maksudnya, heheee. Maklum saya orang Jawa asli, jadi sekali-kali melestarikan budaya gituuuu...).
                Beberapa jam lamanya tidur (2 jam dari jam 5 sampai dengan jam 7 pagi), ceritanya yang  menarik disini nih. Jadi waktu itu saya tidak bangun sendiri, saya dibangunkan oleh salah seorang temen, panggil saja dia Agus, kamarnya di sebalah kanan saya. Dia itu membangunkan saya dengan nada yang tinggi dan keras, biasa di rumah dibangunkan dengan lembut kali yah, jadi dengan disadari setelah dia keluar dari kamar saya, air mata pun menetes membasahi pipi (bukan karena cengeng lho yah, sebenernya  kalo cowo yang bisa menangis itu yang baik lho, karena hatinya tidak keras kata Rosul dan patut dicari sama para gadis-gadis nih. #hehehee ngarep ceritanye).  Lha terus nangis kenapa Vi? Pasti banyak yang tanya seperti itu yah.. #hehee PD bangat saya.
                Jawabannya adalah............. Diwaktu yang sama juga  ketika saya dibangunkan, ibu opor (ibu penjual nasi rames, biasa anak-anak pesma sebut dengan ibu opor. Maap buu, sudah kebiasaan. heee) ada di lantai bawah pesma, owh iya sobat belum tahu pesma kan!!! (#ya iya lah orang sayanya belum kasih tahu :D.) Pesma itu sebenernya singkatan dari Pesantren Mahasiswa, saya tidak hidup di kost-kostan, jika ada waktu, nanti saya ceritakanlah. #sabar yah!!! Heee. Lanjut kecerita, ibu opor seperti biasanya menjajakan dagangannya dengan suara yang lantang dan bisa dibilang suaranya itu cempreng. Sebagai contoh, “opor-opor, yang mau opor turun.” Itu kebiasaan ibu opor menjajakan dagangannya di Pesma sehingga pada kesempatan itu pula saya teringat akan ibu saya, dimana ibu  membangunkan saya untuk sarapan pagi dengan nada yang pelan dan penuh kasih sayang (#sebelumnya saya sudah sholat subuh lho yah, dan tidur lagi. Hee, tidak menganjurkan untuk ditiru.) Ucapan yang biasa ibu saya ucapkan ketika membangunkan saya, “Mas, tangi rihin! Sarapan.” (TranslateMas bangun dulu, sarapan). Ibu saya biasa memanggil saya mas, sebutan kasih sayang pada anak laki-laki satu-satunya. Saya menangis karena itu tadi, teringat akan kasih sayang, kebaikan-kebaikan ibu, masakan ibu, hangatnya tangan ibu, dsb. 
                Untuk sobat pembaca yang berbahagia, luangkanlah waktu sobat bersama ibu, karena sobat akan bisa merasakan sendiri bagaimana nanti ketika jauh dari ibu, apalagi kalau ibu kita telah terbujur kaku (wafat). Hal ketika itu terjadi mungkin yang dilakukan saya hanya bisa menangis berhari-hari, bagaimana nggak nangis coba? Sosok yang membesarkan kita dengan penuh kasih sayang telah tiada, walaupun menangis tapi harus ikhlas bahwa Alloh telah memanggilnya lho yah, karena tiada sesuatu yang abadi kecuali Allo Azza Wajalla. Berbaktilah sobat, jadilah anak yang soleh dan solehah, jangan sampai sobat menyesal dikemudian hari. Berdoalah akan kesehatannya, berdoalah agar mereka menjumpai jerih payah kita(menikmati hasil kerja), karena kita dikuliahkan maupun tidak kuliah, kan dari kecil kita yang mengasuh kita, memberi makan kita adalah orang tua kita maka kita harus membalas jasa baiknya. Sebesar apapun kita membalas budi pada orang tua, belum pernah akan tercukupi balas budi kita. Sobat tau kan kisah sahabat yang pernah bertanya pada Rosul, “ya Rosul, ibu saya sudah tidak bisa jalan lagi, tapi ada keinginannya yang belum terlaksana yaitu berhaji. Apakah saya bisa membalas budi beliau dengan menggendong ibu saya berhaji dan dihitung inpas dengan apa yang dilakukan beliau terhadap saya sewaktu kecil hingga saat ini.”
Rosul menjawab, “kamu boleh membalas budi kebaikan orang tua, tetapi sebesar-besarnya balas budimu tidak akan dapat menggantikan pengorbanan, kasih sayang Ibumu.” Subhannalloh, berarti begitu besar sekali pengorbanan yang telah ibu kita berikan pada kita. Melahirkan itu adalah salah satu contohnya, nyawa ibu kita sendiri dipertaruhkan antara hidup dan mati untuk apa coba? Agar kita terlahir dengan selamat (hidup), dalam benaknya lebih baik saya yang meninggal daripada anak saya.
                Yang kedua orang tuanya masih hidup, tolong jaga dan jangan sakiti hati mereka, kalau hati seorang ibu sudah tersakiti, hati-hati sobat, bisa-bisa semua amal perbuatan yang sobat kerjakan tidak diterima oleh Alloh, karena Ridho Ibu adalah Ridho Alloh, Alqomah adalah seorang sahabat rosul, dimana tatkala mengalami sakratul maut dia begitu tersiksanya dan dengan proses  yang begitu lama, ternyata selidik demi selidik dia durhaka pada ibunya, Rosul sebagai orang yang bijak menyarankan pada ibunya untuk memaafkan Alqomah, sehingga Alqomah bisa mengakhiri ajalnya. Sobat dan bisa jadi tatkala seorang ibu mengucapkan kutukan pada anaknya yang durhaka maka bisa akan terjadi pada diri anak tersebut. Contoh fenomena-fenomena yang pernah sobat liat mungkin seorang anak yang menjadi ikan pari, singa, bahkan malin kundang yang dikutuk menjadi batu, kalo malin kundang saya belum tahu pasti kebenarannya.
                Sekian sobat, coba renungi lagi atas kesalahan yang telah kita semua perbuat pada orang tua, segera mungkin kita meminta maaf. Dan semoga dapat bermanfaat.
                Sampai ketemu lagi di Postingan-postingan berikutnya.
Wassalammualaikum.
               
[Continue reading...]

Minggu, 27 Januari 2013

Surat untuk Ukhti

- 0 komentar

Sabtu, 26-01-2013
  Assalammu'alaikum
 Pesan ini sobat Jovi ingin sampaikan pada sobat Ukhti sekalian, saya ingin benar-benar sobat Ukhti merenunginya.

Surat untuk Ukhti (perempuan) 

                Hai Ukhti, dimanakah sosokmu yang banyak Akhwan (laki-laki) dambakan berada? Sosok dengan kain yang penuh menutupi auratnya, sosok yang selalu diam, kalaupun berkata maka tutur katanya pun baik, sopan, lemah lembut dan tidak mengumbar-umbar Aib (kejelekan-kejelekan) saudaranya pada orang lain. Dimanakah sosok yang mencerminkan sifat-sifatmu tadi berada?
                
          Sepertinya sudah ditelan jaman yang mencerminkan sosok Ukhti tadi, hanya sebagian kecil saja Ukhti yang memiliki sosok tersebut. Lebih mementingkan gaya daripada ketaatan pada Alloh, Naudzubillah hi summa nau’dzubillah. Ukhti sudah tau kan, bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah dari kalangan Ukhti. Salah satu sebabnya yaitu tadi banyak Ukhti yang membuka auratnya dari pada menutupinya, dan juga dari sebab lainnya, menutup aurat adalah suatu kewajiban lho Ukhti.!!
        
        Kalo saya boleh menilai antara Ukhti yang menutup aurat dan yang tidak, kesannya Ukhti yang tidak menutup Auratnya malah seperti wanita yang tidak mementingkan/ sudah tidak menghiraukan harga dirinya. Karena aurat Ukhti itu adalah harga diri Ukhti sendiri. Suatu barang yang sudah dibuka segelnya/ rusak, kebanyakan orang, memilih barang yang masih tersegel rapi, karena takut bahwa barang yang mereka beli dengan segel sudah rusak/ terbuka peresaan mereka bahkan saya juga berpikiran, barang ini pasti sudah terpakai oleh orang lain sebelum saya. Sama halnya dengan Ukhti, maka renungi lah Ukhti.
          
      Sedikit tentang diri saya. Awal masuk kuliah, saya adalah pribadi yang cukup pendiam tetapi diam yang berisi, maksudnya ketika ditanya mengenai apa yang disampaikan oleh dosen InsyaAlloh saya bisa menjawabnya. Waktu terus berputar sampai-sampai akhirnya saya tertarik pada seorang Gadis di kelas saya sendiiri, dia itu cantik, putih, berbahasa Inggris yang cukup memadai, alhamdulillah dia juga berhijab (kriteria saya banget tuhh) hehehee. Entah mengapa jika satu kelompok dengannya, dia itu terkadang menginginkan suatu pendapat dari saya, akan tetapi setelah saya usulkan pendapat malah dia cuek, berpandangan sinis, mungkin karena iri dengan saya waktu kuliah kali yah, soalnya saya termasuk dianggap smart. Smartfren gitu, Hehehe becanda. 
          
      Dengan kesinisan dan kecuekannya itu malah semakin membuat saya tertarik padanya. Bahkan saya pernah sampai merasakan hati yang berdebar-debar saat melihatnya. Sebagai ganti rasa suka yang mendalam, saya putuskan untuk mencari alamat Fbnya. Awal-awal tidak ketemu karena dia mungkin tak memakai nama aslinya, eh bener dia ga pakai nama aslinya. Hahahah, akhirnya ketemu juga, hati pun senang dan gembira, horree hehehe. Pertama kubuka dinding Fbnya, sepertinya dia bukan ukhti yang suka FB.an, karena dia jarang nulis status (mungkin anak twitteran kali yah). Belum  cukup puas disitu, saya lebih ekstrim lagi ingin membuka kumpulan album foto-fotonya. Setelah saya klik, Astaghfirulloh... (penasaran sobat, baca keanjutanya. Hehehe).
          
      Setelah saya klik, sosok Ukhti yang berparas cantik dan berHijab ini, pokoknya dia pandai menjaga aurat lah di kampuz, ehhh ternyata sobat, dalam albumnya dia tak berhijab. Entah mengapa hati ini langsung tak ada perasaan lagi untuknya.
           
     Ukhti, ketahuilah.! Bahwa setiap kalian memajang (memampang) dengan aurat yang terbuka dan banyak Akhwan yang melihat, maka dosa ukhti akan terus bertambah dan terus bertambah seiring foto Ukhti masih tetap dipajang dan dijadikan tontonan para Akhwan.
          
      Sedikit cerita nih, ti (ga enak bgt yah pake ti, hee). Jadi gini ceritanya, saya juga diceritain sii, hehehe. Tapi insyaAlloh bisa diambil hikmah, Amiin. Ada sepasang suami istri baru, dan si istri ini dari awal ta’aruf sampai menikahnya mengenakan hijab, jadi tidak diberi kesempatan si suaminya ini untuk melihat auratnya sebelum sah hubungannya. Karena pasangan baru, mereka memutuskan malam pertama di hotel, dapat kamar lalu langsung saja memasuki kamar tersebut. Ada sesuatu yang tertinggal di mobil, akhirnya si suami keluar kamar untuk mengambilnya. Setelah mengambil sesuatu yang tertinggal, kemudian sang suami masuk lagi kekamar hotel. Ketika membuka pintu, dia terkejut dan kaget melihat Ukhti yang ada di kamar tersebut, mungkin karena saking cantik dan putihnya, katanya begini,"mohon maap, saya salah kamar". Padahal yang didalam kamar itu adalah istrinya sendiri. subhanalloh Ini lah keistimewaan mengenakan hijab, ukhti.! Bissa membuat sang suami nanti, terkejut betapa cantiknya Ukhti setelah membuka hijabnya. Berbeda dengan Ukhti tidak memakai kerudung, jadi pandangan suami biasa-biasa saja kerena sebelum menikah pun telah melihat paras Ukhti yang tak behijab sebelumnya.
         
       Sobat jovi menuliskan ini hanya ingin saling nasehat menasehati, agar sobat Ukhti sekalian bisa jadi bidadari bagi suaminya kelak di Surganya Alloh bukan jadi temannya syaiton di NerakaNya. Sekian Ukhti semoga bermanfaat bagi Ukhti-ukhti sekalian.
           
     Tunggu kisah-kisah selanjutnya yah,.
Wassalammu’alaikum.
               
[Continue reading...]
 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger