Senin, 29 Desember 2014

JIKA DI IJINKAN

- 0 komentar
Sedikit obrolanku dengan sahabat karib. Dia ini punya impian yang luar biasa. Disaat teman-temen lain sibuk dengan pacaran tak halal, dia sibuk mempersiapkan rencana kehidupannya kedepan.

 Dalam catatan ini, sengaja peran utama (sahabat karib saya) diganti dengan kata “AKU”, biar lebih akrab, gitu. Cekidot….

Mengapa rasa ini semakin menggebu-gebu, menjadi ingin dipercepat menjalani proses kehidupan. Mungkin karena aku terlalu teringat fadhilah menjalankannya. Rezeki akan di datangkan, menyambung dan menambah kekeluargaan, memenuhi separuh agama, mengarungi bahtera rumah tangga dengan suka duka bersama.

Aku iri dengan mereka yang masih muda kemudian berani membangun rumah tangga. Andai saja orang tua mengijinkan, pasti tak sungkan ku melamar gadis shalehah tuk kujadikan sebagai istri idaman. Namun hal itu menjadi penghalang. Kita tahu bahwa restunya orangtua sama halnya dengan ridhanya Allah. Atas dasar ini, aku mulai belajar menjadi lebih dewasa lagi. Berusaha bersabar dalam kesendirian, menghiasinya dengan memperdalam keilmuan dan berkontribusi untuk agama-Nya, Islam. Entah kapan aku bisa diijinkan? Tapi aku tidak berhenti berusaha untuk meyakinkan kedua orangtua bahwa aku sudah siap, aku sudah berkemampuan, aku sudah berkewajiban.

Rencananya, setelah dinyatakan lulus dari perguruan tinggi. Dua tahun setelahnya atau lambat-lambatnya diumur yang ke 24th aku akan mencari dia, bidadari surga yang diturunkan ke dunia.

Ada impian menjadi orangtua diusia muda. Rasa-rasanya akan lebih optimal dalam mendidik mereka. Mendampingi aktivitas anak diwaktu muda, belajar Al-Qur’an bersama, saling memberikan motivasi dalam menghafal kalam-kalamNya, salah satu mendengarkan yang membaca. Masya Allah, indahnya… Dan Rasanya aku juga akan bangga bercerita perjuanganku mencari nafkah pada anak-anak tercinta. Wahhh impian yang selalu terbayang-bayang, terpikiran. Apalagi saat anak diwisuda, kemudian kami foto bersama disaat aku masih tampan, pasti anakku senang bukang kepalang. Hehee

Masya Allah, sungguh keluarga yang diidam-idamkan kedatangan waktunya. Maka bagi yang dirinya sudah siap, sudah dapat ijin, sudah tetap berpenghasilan. Segeralah. Jangan tunda dengan maksiat, jangan timbun dosa dengan berpacaran. Mari perdalam ilmunya di SPNI MAFAZA.


Orang yang baik tidak ditemukan di tempat yang tidak baik. Maka berkumpullah pada tempat yang baik-baik. Mudah-mudahan bermanfaat cerita dari teman saya yang saya kembangkan bahasanya. Afwan sahabat. 

Mulai perdana tanggal 18 Januari. Jangan sampai kehabisan tiketnya yah!

[Continue reading...]

LOMBA ADZAN DAN TILAWAH

- 0 komentar
            Hehee, lomba adzan! Terkesan lomba anak-anak, ya? Namun, ternyata ada nilai yang bisa dipetik dari lomba adzan dikalangan mahasiswa. Belakangan ini, bahkan dari dulu kita bisa dengar sendiri disetiap masjid pasti lagi-lagi orang sepuh yang adzan. Yaa...walau pun tidak disemua tempat sii.. tapi kebanyakan, begitu. Mungkin dari peristiwa ini pihak kampus berinisiatif mencari bibit baru untuk melestarikan adzan di kalangan anak muda. *saya setuju, pak* 

          Nah, sekarang tinggal saya yang bercerita. Saya pun ikut jadi peserta dikedua lomba tersebut. Kebetulan lamba adzan mendapat nomor urut lima dan tilawah nomor urut sebelas. Karena tempatnya yang terpisah jadi saya stay di tempat lomba adzan terlebih dahulu.

Wahh, ternyata banyak juga yang berantusias untuk mengikuti lomba yang terkesan kekanak-kanakan. Hehee.. Masya Allah, saya terpesona. Suara mereka begitu merdu nan indah. Coba kalo peserta-peserta ini bergilir adzan di mushala kampus, dijadwal maksudnya. Pasti warga sekitar heran dan takjub “Ko STIKes setiap waktu shalat, adzannya bervariasi ya. Nggak Cuma di Mafaza!” Dapet jempol banyak pasti, tuh.

Mendengar suara mereka yang keren-keren, saya semakin pesimis berharap bisa menjadi juara. Ya memang yang diharapkan bukan menjadi juara, tapi semangatnya untuk selalu mengikuti kompetisi. Sampai pada akhirnya giliran saya untuk maju. Bukan bermaksud menyombongkan diri, yah. Begini, saya ini salah satu muadzin di Mafaza. Jelas dong, kalau PD harus lebih dari mereka. Namun saat saya maju banyak orang yang melihat, heran, kaki saya seperti gigi yang sedang kedinginan. Tahu, kan? Tek tek tek tek bunyi benturan antara gigi dengan gigi. Hal ini terjadi pada kaki kiri saya, merinding, bergerak-gerak sendiri, terjadi beberapa kali. Duh minta ampun, deh. Untungnya hal tersebut tidak mengganggu konsentrasi saya melantunkan nada dan lafadz adzannya. Hehee

Selesai dari lomba adzan kemudian saya melanjutkan ke lomba berikutnya, lomba tilawah. Sebenarnya saya tidak bisa melantunkan ayat-ayat Al Qur’an dengan nada yang bagus, indah dan menawan bagi para pendengar. Suara saya fals. Tapi insya Allah, saya bisa melantunkannya dengan baik dan benar… Dilomba ini pun saya pesimis untuk menjadi juara. Entah bahaimana penilaian juri? Apakah hanya menilai di keindahan nada tanpa memperhatikan kaidah bacaan, atau bagaimana? Karena yang dulu-dulu seperti itu *lho kok malah curhat, hehee* Saya hanya mengikuti, lah.

Dari beberapa mahasiswa yang tampil sebelum dan sesudah saya, bukan maksud merendahkan, yah. Tapi memang harus dan perlu banyak belajar dan latihan lagi. “Lho, emang kamu jurinya, Jov?” Ya bukan, sii. Namun mengingatkan dalam kebaikan, bukankah boleh, bahkan kewajiban?

Temen-temen, jangan terlalu dipikirkan keindahan dalam membaca, ya! Usahakan betulnya dulu dalam membaca Al Qur’an. Penuhi kaidah-kaidahnya, pasti nada dan keindahan mengikuti. Insya Allah…

Sakitnya tuh disini kalau mendengar bacaan Qur’an yang acak kadul. Ini terjadi beberapa kali saat saya di mushala kampus. Saat itu ada akhwat yang mengaji, dan bacaannya masya Allah, *maaf* perlu latihan lagi. Rasa-rasanya, saya perlu mengadakan acara tahsin di kampus. Ya Insya Allah lah, kapan-kapan.
Berikut beberapa dokumentasi lomba adzan.








[Continue reading...]

Rabu, 24 Desember 2014

SANTRI TPQ MAFAZA

- 0 komentar
Sempet beberapa kali ketika jam kuliah molor, saya kepikiran mereka. “Sudah ada pengajarnya belum, ya?”

Saya sering meresa bersalah. Mengingat kesibukan saya dan juga temen-temen dilingkungan perkuliahan. Takutnya membuat mereka kecewa karena tidak ada pengajar, pulang membawa rasa kesal dan berniat tidak akan datang belajar Agama lagi.

Bener juga kata Kak Pahri, “Walau anak-anak TPQ nyebelin, tapi mereka ngangenin.” Heheeee.

Si Ilham. Anak dengan rasa ingin tahunya yang tinggi. Kadang jika dia bertanya, pertanyaannya itu kurang bermutu. Tapi selalu membuat saya dan santri lain tertawa.

Naila. Yang kalo saya nilai, dia itu masih kekanak-kanakan. Suaranya itu lho, dibuat-buat imut gimana gitu? Hehehee (Pasti habis ini langsung protes, “Kak Jovi - kak Jovi, apa siiiiiihhhhhhh?” peace naila) J  

Shella dan Agil. Sii kakak beradik yang tak mirip. Heheee. #namanya juga nggak kembar kak Jovi? Owww iya… #tembok mana tembok.

Aufa dan Hasan, anak-anak ustadz yang sekarang mau memulai ngaji di TPQ.

Sulton dan Fauzan. Ini jogoannya Kak Pahri. Santri termuda dan semangat. J

Tiko dan Tri. Dua anak ini jangan ditanya, mereka lumayan bandel. Tapi setelah saya didik dengan lebih disiplin, akhirnya mereka terbawa pada suasana yang saya berikan. Bandel-bandelnya Tiko, dia yang takut dan pernah menangis ketika saya mendongeng serem di Mabit dari pada santri yang lain.

Azkia, Fiu, Sasa, dan santri-santri yang lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya bangga pada mereka, ada yang sudah punya 2, 3 juz hafalan. Masya Allah, masa saingan dengan pengajarnya. Tapi ini yang membuat kami termotivasi dan berusaha agar labih sedikit unggul dari mereka. Hehehee J

Tetap semangat yah nak!!! #colek anak-anak TPQ.


[Continue reading...]

Selasa, 23 Desember 2014

Intermezzo kuliah

- 0 komentar
Mending-mending banget kali ini Bu Hani memberikan intermezzo dalam mata kuliah yang diampunya. Beliau mengadakan kuisioner dadakan untuk diri mahasiswa masing-masing. Tujuannya agar mahasiswa tahu sifat yang dimiki, mana yang baik dan buruk dari penilaian orang lain.
Beliau menyuruh kami untuk memotong secarik kertas menjadi 42 lembaran kecil. Setelah itu, beliau memberikan instruksi pada kami untuk menulis 3 sifat yang muncul, ketika beliau menyebut nama yang disebutkan. Mulai dari Rido dan seterusnya sampai mahasiswa yang terakhir disebut. Kertas-kertas yang telah dituliskan pun dikumpulkan untuk kemudian diserahkan pada si Empunya.
“Jovi Ardan, ini punyamu.” Celetuk teman.
Satu persatu, saya baca dengan teliti. Membaca penilaian dari mereka pada diri saya, dalam batin saya bertanya, “Sebegitukah saya di mata mereka?”. Sungguh saya merasa malu, banyak yang menilai negative daripada positifnya. Saya harus lebih membenah diri lagi, harus merakyat dan membaur dengan mereka. Saya terlalu sombong, angkuh. Saya juga merasa bersalah, karena saya terlalu ekstrim dalam menilai mereka.
Dengan ini, saya meminta maaf pada pihak yang mungkin sakit hati dengan tulisan  atau penilaian saya pada mereka. Sekali lagi saya mohon maaf sebesar-besarnya.
Berikut adalah ulasan yang saya tulis kembali. Checkidot.


No
Penilaian
Jumlah
1
Ng’alim si tapi ng’alime labay. Deket cewe aja astaghfirullah-astaghfirullah bae (baca saja).
I
2
Tidak jelas
IIII
3
Sok
III
4
Dewasa
II
5
Cerewet
II
6
Religious
IIIII III
7
Ramah
IIII
8
Terlalu serius
I
9
Baik
IIIII IIIII II
10
Pintar
IIIII IIIII I
11
Sibuk sendiri
II
12
Aktif
II
13
Anti wanita
IIIII III
14
Tidak mau disentuh wanita
II
15
Suaranya kecil
I
16
Cuek
III
17
Sibuk sendiri
I
18
Sahabatnya terbatas
I
19
Kurang bertanggung jawab
I
20
Orangnya individual
III
21
Pendiam
IIII
22
Egois
IIIII IIIII II
23
Lucu
II
24
Alim
IIIII
25
Soleh
IIIII
26
Sabar
I
27
Gak mau nanya jika tidak ditanya
I
28
Jujur
I
29
Meremehkan teman
I
30
Terlalu memaksakan diri
I
31
Sombong
II
32
Agamanya bagus
II
33
Mementingkan urusan agama dari pada kuliah
I
34
Tanggung jawab
III
35
Rajin beribadah
IIIII
36
Rajin garap tugas
IIIII
37
Suka Komentar
I
38
Suka bikin orang tersinggung
I
39
Nyebelin
IIII
40
Perfectionis
II
41
Kurang nasional
I
42
Munafik
I
43
Ngomongnya kurang jelas
II
44
Terlalu keagamaan
II
45
Nyanteng (maunya menang sendiri)
III
46
Sopan
II
[Continue reading...]
 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger