Senin, 30 Juni 2014

Salam Hangat Untuk Ustadz Arian Sahidi

- 1 komentar
Sebelumnya mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan ustadz.

Pemuda Peduli Masjid
Sedikit untaian ini telah memberikan warna di hati. Seperti halnya TRI, saya ingin berbagi apa yang ada dalam diri.

Mungkin Allah telah mentaqdirkan kita semua menjadi satu keluarga seperti ini.
Awalnya saya takut dengan ustadz Arian Sahidi. Orangnya pendiam, tidak banyak bicara, suka menyendiri, jika bersalaman seperti tidak menghargai *maksudnya tidak ada greget menjabat tangan yang dijabat ustadz. Heee. Semoga ada alasan yang baik dibalik itu.

Namun akhir-akhir ini, terhitung setelah ustadz menjalani operasi, ustadz menjadi banyak peduli pada kami. Membangunkan sebelum datangnya waktu subuh, kira-kira jam 03.30 atau terkadang 04.00 pagi, agar kami terbiasa sujud dihadapan ilahi.

Kemudian setelah sholat Subuh, ustadz kini mengajarkan kami (Pesma 2013 dan sedikit dari angkatan 2012) untuk bisa baik dan benar dalam mengaji. Tidak itu saja, ustadz memotivasi mereka supaya hafal kalam-kalam ilahi robbi. Mereka berlomba-lomba menghafal ustadz dan kini mereka sudah hafal. Subhanallah, membuat saya benar-benar semakin iri, karena saya termasuk orang yang gengsinya tinggi. Heee

Saya termotivasi dan segera menghafal, dan Alhamdulillah lima sampai enam surat dalam juz 29 telah terpatri dalam sanubari. Jazakumullah ustadz. Buat mereka semakin termotivasi lagi, otomatis saya akan jadi semakin iri dan selalu membenah diri.

Setiap malam, saya jadi mudah dan rajin bangun lebih awal, berharap dipermudah dalam menghafal. Itu berkat catatan ustadz dalam sebuah blog berjudul menejemen waktu, saya tergugah ustadz. Sekali lagi Jazakumullah khiron katsiran. Semoga Allah memberkati.

Dulu, pernah sesekali saya mengira, ustadz itu baru beberapa juz saja yang telah terhafal, tetapi baru-baru ini setelah diklarifikasi ustadz adalah seorang hafidz, *wah keren ustadz.

Semenjak itu, terjadi perubahan lagi pada diri saya ustadz. Saya kagum dengan ustadz dimana usia yang masih belia, *eh maksudnya muda telah menyelesaikan hafalannya 30 juz. Sedangkan saya sudah segede ini, dua juz pun tidak ada. Saya ingin menangis ustadz, mengapa saya tidak sedari dulu menghafal kalam-kalamNya. Saya jadi semakin rindu orang yang termulia yang telah diberi mukjizat Al Qur’an *Rasulallah SAW.

Waktu itu ketika ustadz memimpin sholat malam berjamaah yang telah kita jadualkan bersama, saya menangis meneteskan air mata mendengarkan ustadz memimpin kami sholat, entah mengapa? Mungkin karena saya iri juga dengan ustadz, sudah bacaannya bagus, hafal pula… *Ko’ jadi curhat yah.

Syukron katsir ustadz kini telah berubah dan peduli.

Pesan saya ustadz,

Ustadz harus berlaku adil, kita juga butuh bimbingan *angkatan selain 2013.
Jika bersalaman harus bertenaga, tapi bukan bermaksud untuk menyakiti, agar yang disalamin terasa dihargai gitu lho ustadz. Hee

Sekian ustadz, *saya jadi malah kebanyakan curcol.

Jovi Ardan
[Continue reading...]

Selasa, 10 Juni 2014

Secuplik Nasehat Untuk Imam Sholat

- 0 komentar

Imam adalah pemimpin bagi yang dipimpin. Pemimpin akan dijadikan suri tauladan dan panutan, tentunya dalam memimpin harus mengetahui bagaimana cara memimpin yang baik, bijak dan adil.

         Dalam beberapa minggu terakhir, saya sering adzan di mushola kampus, bukan bermaksud mencari muka atau ingin dinilai baik oleh teman atau pun dosen, bukan! Karena sebelum adzan di kampus, saya adalah seorang muadzin di desaku dan termasuk salah satu muadzin di masjid Fatimatuzzahra.

Mengapa suka adzan? Jadi begini ceritanya, waktu SD, dan bertepatan pada bulan Ramadhan, pihak sekolah mengadakan lomba adzan. Peserta cukup banyak, dan saat itu pertama kalinya saya mengikuti lomba dengan penonton yang begitu membludak. Untungnya rasa gerogi bisa terkurangi karena persiapan telah matang. Sampai pada pengumuman lomba, dinyatakanlah saya sebagai juara satu, wah betapa senangnya kala itu. *lho ko jadi curhat nih, mane nih Nasehatnya. Dan bukan hanya itu saja, keutamaan muadzin yang membuatku semakin tertarik adalah “Seorang mu`adzin akan diampuni dosanya sejauh suara adzan yang ia kumandangkan, dan setiap yang basah dan yang kering akan memintakan ampun baginya. Sedangkan orang yg menghadiri shalat jama'ah, akan dituliskan baginya dua puluh lima kebaikan dan dosa antara dua shalat akan diampuni dengannya. [HR. ibnu majah No.716]

Imam mushola datang, saya mengumandangkan Iqomah, “Allah hu Akbar 2x…”.

Sholat dimulai, kami melaksanakan sholat dengan khusuk. Sampai pada ruku’ yang pertama, kami masih khusuk. Yang mengagetkan setelah ruku’ tiba-tiba I’tidal dan tiba-tiba sujud dan seterusnya dengan jarak waktu yang begitu cepat dan singkat. Sholat Dhuhur pun seperti orang yang sedang berlomba, siapa yang paling cepat gerakannya, dia yang menang *Adduh pak Imam nihh.

Kalo bukan karena jabatannya yang tinggi di kampus, kalo bukan karena jama’ah yang sedang banyak saat itu, dan  kalo juga bukan karena saya tidak enak (gerogi) saat itu. Saya akan menghampiri dan mengatakan “Bapak, sholat adalah serangkaian ibadah yang kita tunjukan pada Allah, untuk itu laksanakan dengan sebaik mungkin karena Allah sedang menilai, tidak tergesa-gesa, tuma’ninah, berikan kesempatan jama’ah untuk menyelesaikan do’a dalam serangkaian sholat.”


Tidak tuma’ninah adalah salah satu kesalahan dalam sebuah sholat, ketika menjadi imam berarti ia sedang menanggung  ma’mumnya, jika imam salah maka tidak ditanggung oleh ma’mum, namun jika imam salah dan sampai ditiru ma’mun, hal ini berarti imam menanggung kesalahan dirinya  sendiri dan menanggung kesalahan ma’mun yang dipimpinnya. Nah inikan hal yang mengerikan. Jika seorang tidak mampu menjadi imam, seharusnya ditegur, dan dicari kriteria yang dapat memimpin sholat, siapa saja yang pantas menjadi imam? *kita simak jawabannya berikut ini.

Seperti yang telah dijelaskan Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Abu Mas’ud Al-Anshari bahwa “Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan Qur’annya. Kalau dalam Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang ajaran Sunnah. Kalau dalam sunnah juga sama, dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam berhijrah juga sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam.” 
Adapun hadits Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi:
Apabila datang waktu shalat, hendaknya salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan dan salah seorang di antara kalian yang paling tua usianya menjadi imam.” 
Jadi  ada lima tingkatan: pertama, didahulukan yang terbaik bacaannya, lalu yang paling ahli di bidang hadits Nabi, baru yang paling dahulu melakukan hijrah, lalu yang paling pertama masuk Islam, baru yang paling tua usianya.

Bagi Antum yang telah terlanjur menjadi imam, kemudian tidak sesuai kriteria yang telah Rasulullah sampaikan. Mari sama-sama memohon ampunan dan lebih banyak belajar dan belajar lagi. Semoga Allah memberkahi.  
[Continue reading...]

Senin, 09 Juni 2014

Bagaimana Cara Menghafalku?

- 0 komentar

Beberapa bulan terakhir, ustadz Rian memberikan gebrakan yang begitu berarti bagi kami, khususnya pada santri Pesantren Mahasiswa Masjid Fatimatuzzahra (Pesma Mafaza) angkatan 2013. Dia mengajarkan bagaimana cara membaca dan melafalkan bacaan Al Qur’an yang baik dan benar. Selain itu dia juga rajin membangunkan kami ditengah malam *sepertiga malam pukul 03.30 WIB agar kami menjalankan sholat malam. Baik hatinya malah dibalas dengan keacuhan  beberapa santri pada minggu-minggu awal. Pura-pura bangun, eh habis itu tidur lagi, *termasuk saya, hee. Namun dengan kegigihan dan pantang menyerahnya, lambat laun kami menjadi sadar. Sampai kapan kami akan dibangunkan seperti ini? Sedangkan kami bukan anak-anak lagi, kami sebentar lagi punya istri, *noh nyambungnya kesitu, helleh. Sebagian sudah memperhatikan dan sering bangun awal sebelum ustadz membangunkan. Mungkin sebagian lagi kecapean akibat aktivitas kuliah yang begitu padat sehingga masih butuh dibangunkan.


Dari sini yang membuatku terpacu lagi untuk menghafal Al Qur’an, karena ustadz Rian menyarankan mereka untuk menghafal. Aku selalu iri jika aku disaingi, *Iri memperbanyak dan berlomba-lomba dalam kebaikan diperbolehkan lho ya. Aku jadi termotivasi untuk menghafal kalam-kalam Allah yang indah dan mengandung makna yang berarti. Sungguh berat sekali awalnya dalam menghafal, ayat-ayat juz 29 sangat asing sehingga susah untuk diingat. Namun dulu aku pernah menerepkan sebelum menghafal, aku kenali betul-betul ayat-ayat yang asing dengan mendengarnya dari murottal, kebetulan yang kugemari adalah syekh Hany Arrifa’I dan Misyari Rasyid. Aku mengulangi dengan metode ini, namun hasilnya masih belum optimal. Tapi aku tidak menyerah sampai disini.

Semakin menambah motivasiku saja setelah aku membaca hadist yang menjelaskan “Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang saat di dunia.” Subhanallah sungguh beruntung orang-orang yang kini telah menghafal tiga puluh juz, *selamat bagi anda. Biasanya juga, jika ingin memiliki istri yang hafalannya banyak, otomatis dari pihak keluarganya mensyaratkan calon suami yang banyak juga hafalannya. Jadi tidak usah khawatir nanti, hee. *Noh kenapa urusannya ke istri lagi.

Inilah sedikit penelitian bagaimana dan kapan waktu yang paling tepat menghafal kalam-kalam Allah yang begitu indahnya jika dilafalkan dengan baik dan benar. Metode yang saya gunakan adalah dengan metode percobaan sampling pada waktu-waktu tertentu.

Menghafal membutuhkan konsentrasi yang penuh, tentunya dengan pikiran yang segar dan tanpa ada paksaan dari luar, biasanya ditambah sedikit motivasi, keinginan menghafal akan semakin besar. Semua kondisi tadi saya temukan berada tepat di sepertiga malam. Riuh-riuh jangkrik yang mendampingi, kadar oksigen yang begitu tinggi, sehingga memberikan sensasi segar pada otak dan tubuh saat menghirup perlahan masuk ke system respirasi. Mandi dan sholat malam menjadi sebuah yang wajib sebelum menghafal, inilah pemanasan menghafalya bagiku.

Namun sebelum kita menghafal di sepertiga malam, kita inputkan terlebih dahulu ayat-ayat yang akan kita hafalkan pada sepertiga malam, terserah ingin diwaktu apa! Siang boleh, sore, atau ba’da Isya. Ini sifatnya untuk memberikan gambaran, kemudian pada sepertiga malam, sedikit mengulang-ulang, subhanallah ayat yang telah diinputkan sebelumnya menempel dengan baik di otak. Menginputkan ayat-ayat yang akan dihafal bisa dengan membacanya berulang-ulang sebanyak sepuluh sampai dua puluh kali, jangan lupa dengarkan terlebih dahulu dari syekh yang kita sukai, ini akan lebih mempercepat. Kalo bisa kita merekam suara sendiri, kemudian kita dengarkan sendiri, owh iya inputkan ayat-ayat yang asing sambil berkaca melihat mimic kita, itu juga akan lebih mempercepat lagi.


Selamat mencoba Akhi, Ukhti. Semoga Allah memberkahi. 

[Continue reading...]

Minggu, 01 Juni 2014

Penulis Part 2

- 0 komentar
About Me

Mendapat predikat coumload, tidak menjadikan saya sombong. Saya peringkat dua dari tiga murid TK lainnya, *tuh keren bukan? Becanda saja. Secara otomatis saya melanjutkan dijenjang yang lebih tinggi dari TK. Yaa betul S1, *dibaca SD, kali ini juga saya masuk dengan peringkat pertama, *soalnya saya yang baru daftar sendirian.  Saya senang bisa diterima di SD Muhammadiyah, Alasan saya memilih masuk SD Muhammadiyah yaitu, pertama bapak mengajar disitu, kemudian SD Muhammadiyah termasuk mengedepankan agama *padahal dulu masih kecil, ko bisa mikir kesitu yah. Kegiatan belajar mengajar telah ditetapkan, karena biasanya di TK itu masuk siang, saya jadi malas bangun pagi, “Wahh masih pagi lah, nanti saja, biasanya juga nggak jam segini bu/pak!” Ungkapan saya saat dibangunkan kedua orang tua saya. Dengan paksaan sedikit, akhirnya kedua orang tua saya berhasil juga membangunkan saya. Setelah mandi, mengenakan seragam baru *wah keren juga nih saya, keliatan cool saat berkaca, kemudian sarapan, paling suka dulu sama buburnya bu Kastari *ibu dari temen. Kalo nggak salah, berhubung bapak belum punya kendaraan bermotor, saya dan bapak naik sepeda ke sekolah *bapak yang membonceng saya. Nggak! bohongan. Kalo semisal dilihat-lihat seperti bapak sama anaknya, *ya emang kali.

Sesampainya di SD, saya bingung apa yang harus saya lakukan, *temen-temen ingatkan, saya berbadan kecil, penakut, dan cengeng. Saya hanya bisa membisu jika tidak diajak bicara. “Waduh ternyata ada Alis, gimana ini?”, dia ternyata masuk di SD yang sama temen-temen, tapi kali ini saya sedikit berani kerana jika dia macam-macam dengan saya, ada bapak ini. Nama saya Kiki, saya Arif, saya Hamdan, mereka bertiga sepertinya yang mengenalkan diri pada saya terlebih dahulu. Sejak saat itu saya paling akrab dengan Kiki. Kami main bersama dan belajar bersama. Saat di SD saya tidak terlalu berprestasi, hanya mentok-mentoknya peringkat delapan di kelas. Banyak kejadiaan yang membuat saya tertawa geli, jijik, dan haru saat terlintas dipikiran saya. Begitu memalukannya, *semoga temen-temen lupa dengan kejadian itu.

Lanjut kecerita, akhirnya bapak punya motor sendiri, motor pertama yang pernah dimiliki itu vespa. Tok otok otok bunyi vespa melaju menuju SD, wah senangnya, saya sangat bersyukur sekali karena sebelumnya terlihat bapak kecapean setelah mengayuh sepeda dengan memboncengkan saya dan adik saya ke sekolah. Tidak lama kemudian motor dijual oleh bapak, saya juga tidak tau apa alasannya, mungkin karena faktor ekonomi keluarga saya yang sedang labil, bapak dan saya kembali menggunakan sepeda berangkat ke sekolah. Saya selalu berdoa agar bapak dikasih rejeki sehingga bapak bisa punya motor lagi.

Karena bapak mengajar di sini, saya sering sekali diikutkan kegiatan seperti perkemahan, saya selalu mengikuti sejak kelas empat sampai kelas enam. kemudian saya mengikuti anggota drum band, saya memegang tam tam, sampai pada akhirnya saya memegang bass drum, bayangkan coba! Badan sekecil itu menggendong bass drum yang bulat dan gede. Yang paling berkesan saat saya memegang bass drum, kami juara dua festival seni saat perlombaan sekabupaten pemalang dengan kreasi-kreasi yang menarik tentunya. Sungguh senangnya waktu itu.

Enam tahun sudah tak terasa di SD mengikuti kegiatan belajar mengajar, namum bapak belum juga diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, mungkin belum rejeki bapak. Saya LULUS, dan kami pun (saya dan temen SD) berpencar mencari sekolah yang dinginkan, ada yang mondok da nada juga yang tidak melanjutkan.


Bersambung.
[Continue reading...]

Inspirasi Akhir Pekan

- 4 komentar
Ustadz Rian, dia ini baik orangnya. Hafalannya Insya Allah terjaga, *Amin. Siapa saja yang dengar suaranya pasti kagum, suranya begitu merdu, indah dan membuat hati pendengarnya melayang. Dia adalah ustadz favorit kedua setelah ustadz Sofwan Al Hafidz bagi saya, mungkin bagi santri lain dan para kaum hawa, dia jadi favorit yang pertama. Selain suaranya yang merdu, tampangnya juga cool *keren.  Dia menginspirasi banyak orang, perangainya tidak sombong *walau dulu suka menyendiri dan suka menghindar jika bertemu. Kini dia lebih peduli pada santri pesma, ba’da Subuh dia menyempatkan dan meluangkan waktunya demi kelancaran santri dalam membaca Al Qur’an. Alhamdulillah, berkat kerja keras dan bimbingannya, hampir seluruh santri yang telah dibimbing mengalami perbaikan dan hebatnya semua adik angkatan Pesantren Mahasiswa (Pesma) berlomba-lomba dalam menyelesaikan hafalannya di juz 30, *Subhanallah. Sebagian telah menghadap beliau untuk ujian, dan dinyatakan lulus. Setelah itu kita disarankan untuk melanjutkan pada juz 29. *Insya Allah us, doakan ya!

Ustadz Rian
Ustadz Rian, dia juga seorang penulis, bukan penulis amatiran seperti saya. Tapi walau pun amatiran saya tetap bangga, saya bisa mencurahkan isi hati saya, dan jika kelamaan disimpan dalam waktu yang lama itu akan hilang, *sayangkan. Tadi malam, tepatnya jam 11.00 saya membaca artikelnya yang berjudul Menejemen Waktu, sebelumnya menejemen waktu ini telah disampaikan pada pertemuan-pertemuan lalu. Artikelnya tidak bersifat menggurui namun untuk saling berbagi. Alhamdulillah seusai membacanya serasa saya ini sia-sia saja dalam menjalani hidup. Jika dikalkulasikan memang benar. Dalam satu hari umpamanya nih, tidur 8 jam rata-rata, jika dalam satu bulan 8 jam x 30 hari : 24 jam = 10 hari, baru dalam hitungan satu bulan saja 10 hari. Kita coba pada hitungan satu tahun, 8 jam x 360 hari : 24 jam = 120 hari, berapa bulan coba? 120 hari : 30 hari = 4 bulan, dalam satu tahun kita tidur selama empat bulan, bayangkan coba! Sekarang, jika umur kita dijatah Allah hidup di dunia 60 tahun, *kita hitung sama-sama. 60 tahun x 360 hari x 8 jam tidur : 24 jam = 7200 hari : 30 hari = 240 bulan : 12 bulan = 20 tahun. Jadi dalam 60 tahun hidup kita, yang 20 tahun hanya untuk tidur saja, tidak sebanding dengan apa yang kita lakukan untuk mendapat keridoan Allah, jika tidur kita bukan ibadah, niscaya yang 20 tahun ini kita sia-siakan begitu saja.

Kutipan ini mengetuk hati saya, saya begitu malu tersindir dalam artikel ini, saya malu kepada Allah, saya malu kepada rosul, dan saya malu terhadap orang tua yang selama ini berjuang demi cita-cita saya. Sejauh ini saya banyakan tidurnya dari pada ibadahnya, banyakan malasnya dari pada melakukan hal-hal yang bermanfaat. Andai saja waktu dapat diputar kembali, saya akan berjuang sekuat jiwa raga, namun ini adalah suatu hal yang mustahil terjadi. Mungkin sahabat sekalian juga mengalami hal yang sama seperti saya, mumpung masih ada waktu, Alangkah  baiknya memperbaiki untuk kedepannya, hal-hal yang buruk ditahun-tahun sebelumnya jangan diulang dan berusaha untuk mengatur waktu dengan baik. Terima kasih ustadz atas nasehatnya, saya akan berusaha setelah saya membuat list daftar kegiatan-kegiatan keseharian saya. Bermanfaat sekali, semoga Allah memberkahi.

Gerakan perubahan yang paling dasar adalah mengurangi tidur yang rata-rata delapan jam per hari. Saya bulatkan tekad, telat-telatnya bangun jam 03.30, kemudian mandi, sholat tahajjud, dilanjut murojaah hafalan dan menghafal sembari menunggu datangnya sholat Subuh. Setelah sholat Subuh, mengikuti kegiatan rutinitas masjid seperti Tahsin bareng ustadz Masnun Alim, Tasmi’, dan Simakan Al Kahfi. Jam 06.00-07.00 baca buku atau belajar Bahasa Inggris, jam 07.00 persiapan kuliah dan kuliah. Inginnya sii selalu sholat berjamaah, namun berhubung waktu kuliah yang menabrak waktu jamaah saya, setelah kuliah saya prioritaskan untuk mengunjungi rumah Allah terlebih dahulu. Sebelum adzan magrib tiba, saya usahakan tepat berada di belakang shof imam masjid, kemudiah kajian, sholat Isya, dan kegiatan rutinitas Pesma seperti rapat, audisi khutbah, belajar. Waktu menunjukan 10.00 atau lebih-lebihnya 10.30 saya harus tidur, dan begitu seterusnya. Mungkin ini akan menjadi suatu aktivitas yang membosankan, namun kata beliau, jika ini sesuai dengan passion anda, maka sesuatu yang dikerjakan akan enjoy-enjoy saja.  Insya Allah apa yang direncanakan dimudahkan oleh Allah. 


Syukron katsir Ustadz, ditunggu Inspirasi-inspirasi selanjutnya.

[Continue reading...]
 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger