Jumat, 22 Agustus 2014

Seperti Menggapai Mimpi

- 0 komentar
22 Agustus 2014.
          Hati ini sebenarnya sedang kalut, dirundung berbagai masalah yang menimpanya. Mulai dari mimpi-mimpinya, cintanya, sampai pada pilihan kepala Negara pun menjadi kesekian masalahnya.

          Calon kepala Negara yang ia anggap baik, tidak bisa menjabat dan maju sebagai pemimpin bangsa. Sosok yang berwibawa, tegas, berani mengambil keputusan, tampan dan tanpa setiran dari belakang partainya akan menjadi rakyat biasa. Semoga saja, Allah memberikan rencana-Nya yang terbaik. Kita lihat bersama, bagaimana nanti kinerja lima tahun ke depan kepala Negara yang terpilih rakyat atau terpilih karena faktor lain *Wallahu a’lam. Mereka akan bisa menilai sendiri, dan akan memberikan tanggapan untuk kepemimpinannya.

          Mencoba tidak larut dalam kesedihan, sang pemilik hati menyibukkan diri dengan lari pagi. Dia telah menetapkan dan insya Allah akan beristiqamah untuk lari pagi atau sore diwaktu senggangnya. Mungkin dalam satu Minggu bisa tiga sampai empat kali dilakoni. Ia tidak sendirian, Hamid Mustofa menemaninya pagi ini. Kalau dikira-kira, jarak yang tempuh untuk berlari berkisar dua kilometer.

Tidak disangka, saya mampu menyelesaikannya dalam waktu lima belas menit. Waktu yang lebih, dari rencana sebelumnya. Dulu, biasanya saat berlatih fisik dengan berlari, persiapan seleksi masuk TNI. Saya mampu menyelesaikannya kurang dari lima belas menit. Mungkin karena saya sudah tidak berminat lagi, sudah tidak ada impian dan cita-cita menjadi TNI, performa dan stamina saya menurun. Badan menggemuk, bukan otot lagi yang mengisinya, sudah terkikis oleh timbunan lemak yang menggumbung. *Hahhhh…rasanya kangen punya badan seperti dulu.

Cita-cita masuk TNI boleh terlupa, tapi kebugaraan fisik harus tetap terjaga. Mulai saat ini saya akan membentuk otot itu lagi. Ketika badan tidak seperti ini. Disetiap saya berkaca, pasti selalu memperagakan gaya-gaya binaragawan *Hehee, akankah terulang lagi?  Temen-temen akhwat tidak boleh ngintip lho yah! Dikhususkan untuk idaman hati. Siapa lagi kalau bukan pendamping hidup, sang istri tentunya. Cie mas Jovi, pasti disetiap catatannya diselingi dengan kata istri, menikah dan sebagainya yang masih terkait itu. Kebelet yahh?? Bukan! Bukan begitu Ukh, bukan masalah kebelet atau tidaknya. Tapi agama sudah mengharuskan saya meminangnya!! *Nohh…hehee becanda. Saya sedang memantaskan diri saja. Cettiiiingg.

Ternyata di edisi lari pagi kali ini, ada pelajaran muncul secara tiba-tiba. Saat nafas mulai terengah, muncul pemikiran bahwa tujuan pemberhentiannya adalah sebuah impian. Kebetulan kami bersepakat tidak boleh berhenti sebelum sampai di Masjid *Masjid diibaratkan sebagai impian. Dalam hati saya bergumam, Saya harus tetap berlari, rasa lelah bisa tergantikan setelah saya sampai nanti. Saya harus mencapainya, mencapai impian saya, tanpa ada hambatan. Jika sii Hamid saja terus berlari dan mengejar impian itu tanpa berhenti sejenak (putus asa), saya harus lebih bisa

Masya Allah, karena sebelumnya ada komitmen di awal agar tidak berhenti. Saya jadi termotivasi. Saya tetap berlari menuju impian saya *Masjid bersama Hamid. Coba saja kalau sebelumnya tidak ada komitmen yang mendasari. Pasti saya akan menyerah dan berhenti beristirahat, tidak bisa melanjutkan berlari. Biasanya setelah berlari jauh dan memutuskan untuk berhenti, jika akan mulai berlari lagi rasanya sangat malas karena capek yang mendera. 

Lari pagi menuju Masjid, ya walau startnya dari masjid, saya analogikan dengan menggapai impian atau cita-cita. Ketika kita tidak membuat komitmen sebelumnya, maka bisa saja pupus dijalan. Karena tidak ada keistiqamahan dan kesabaran bisa saja berhenti ditengah jalan. Dengan lari pagi ini, saya diajari untuk tetap istiqamah dan sabar. Bahwa tujuannya yaitu masjid akan segera sampai, tiba. Kemudian rasa lelah dan haus akan tergantikan disana. Begitupun dengan impian, ketika kita telah sampai padanya. Rasa bangga muncul seketika. Perjuangan, rasa lapar, lelah, dan menguras waktu begitu lama akan tergetikan dengan torehan prestasi.

Ketika kita merasa lelah, merasa tidak akan meraihnya (cita-cita) maka berdoalah. Minta untuk dikuatkan perjuanganmu, minta untuk diteguhkan pendirianmu, minta pada-Nya untuk ditabahkan dalam meraihnya. Bukankah Allah mendengar orang-orang yang berkeluh kesah, kemudian Dia akan memberikan dan mengabulkan apa yang diminta. Mari tetap istiqamah, sabar berharap, dan berusaha meraih apa yang kita inginkan. Man Shabaraa Zhafira. Barang siapa bersabar dia beruntung. Menurut ustadz Yusuf Mansur jika ingin kaya maka bersedekahlah, bukan nunggu kaya dulu baru bersedekah. Tapi bersedekah dulu pasti akan kaya *Insya Allah. Sama halnya dengan sukses, berjuang dulu baru sukses, bukan sukses dulu baru berjuang. SEMANGAT…



BARAKALLAH


[Continue reading...]

Selasa, 19 Agustus 2014

TERINGAT KEMBALI

- 0 komentar
14 Agustus 2014

          Tanggal 14 tiba. Itu artinya saya dan teman-teman mahasiswa Keperawatan 4C akan mengunjungi Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas, tepatnya kami akan di tempatkan di Instalasi Kesehatan Jiwa. Guna menuntut ilmu dan mencari tahu pelayanan apa saja yang setiap hari dilakukan oleh perawat jiwa.

          Tadi malam, saya mendapat pesan dari teman “Jangan lupa kawan, besok berangkat ke RSUD Banyumas. Harus sudah stand by ya jam 06.30 WIB. Mengenakan seragam putih-putih yah!” “Okke” Jawabku.

          Keesokan harinya. Saya baru sadar kalau seragam dinas praktik tertinggal, bahkan sengaja ditinggal di rumah *wadduh. Waktu itu tas sudah terisi penuh dengan barang-barang yang saya bawa dari rumah, sehingga tidak ada lagi ruang untuk menaruh seragam itu. Dengan sigap setiap contact yang ada di HP, saya hubungi. “Salam. Eh aku pinjem seragam dong. Punyaku ketinggalan di rumah.” Dijawab dengan “Aku di kos”. Haduhh lagi gelisah begini, malah dijawab dengan jawaban yang membuat saya semakin galau. Sebenarnya ada tidak seragamnya dan bersedia atau tidak meminjamkannya? Ya sudah Bismillah saja, saya berangkat dengan baju biasa menghampiri kos teman saya ini. Dan Alhamdulillah ada pemirsa. *hehee

          *di kampus. Setelah sekian lama tidak berjumpa. Senang sekali mereka bertemu saya *KEPEDEAN, Jo...Heee. Kami saling salam dan menyapa, berfoto bersama mengabadikan wajah-wajah kami yang tidak asing lagi di mata dunia *hehee. Mungkin karena terlalu seringnya berfoto dan menguploadnya di jejaring social, jadi dunia sudah tidak kaget lagi melihat tampang-tampang kami *hehee. Dunia maya maksudnya. Berhubung waktu itu masih dalam suasana lebaran, kami pun meminta maaf atas salah dan khilaf yang pernah dilakukan secara sengaja atau pun tidak disadari.

          Ini yang menjadi ciri khas negeri kita, janjian jam 7 berangkat ke RSUD eh bis yang akan kami tumpangi belum juga nongol batang hidungnya, alias molor waktu. Andai saja kebiasaan ini bisa dikurangi atau bahkan bisa dihilangkan dari negeri ini, pasti gak bakal tuh kalah sama negara-negara maju.

Membaca! Iya betul. Aku membaca, menunggu bis tiba.
Setengah jam berlalu dengan membaca, lumayan dari pada ngobrol-ngobrol tidak jelas dan membuang energi. *sok-sokan lu.. heee. Bis pun datang *horree, tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Bisnya hanya satu dan adduhh, ukurannya kecil pemirsa *gimana si, pak ibu? Tidak semua kebagian tempat duduk kan, lebih tepatnya aku merelakan berdiri dari pada duduk bersandingan bertiga dengan temen cewe.. *sok alim! Dari pada sok jahat. Pilih mana? hehee.

Pak supir, Tarik pak! Kami berangkat, dan saya tetap berdiri… setelah merasa capek, saya teringat kembali waktu setelah lulus SMP. Iya, waktu itu saya pernah menjadi kernet. Kernet angkutan desa jurusan Randudongkal-Moga. Saat itu pertama kalinya saya mencari uang. Anda tahu siapa yang mengemudikan angkudesnya? *Bapakmu pasti! IYA BETUL SEKALI. Bapak jadi supir dan saya kernetnya. Setiap minggunya, karena masih liburan, saya selalu diajaknya mencari rezeki dengan menarik angkudes sebagai rezeki tambahan. Awalnya malu, kemudian berjalannya waktu saya pun masih malu, *Noh hehee, maklum lulus SMP, kan banyak temen waktu itu.

Subhanallah ternyata mencari uang, tidak segampang yang dibayangkan. Harus melewati lika-liku kehidupan, lelah dan letih, serta perjuangan yang kuat. Saya merasa kecapean saat itu. Gimana tidak? Setiap Minggu pagi, penumpang lebih banyak dari kalangan pedagang. Nah mereka pasti membawa barang dagangannya ke pasar. Saya sebagai kernet, tidak mungkin dong berdiam diri dan membiarkan bapak naik-turun dari ruang supir untuk mengangkat barang-barang tersebut ke atas mobil. Akhirnya dengan kerelaan hati *Insya Allah saya turun tangan dan naik-turun mengangkat barang bawaan penumpang. Keringat bercucuran, air mata bergelimangan menghiasi muka saat itu… *hallah lebay, becanda pemirsa.

Terik panas menyengat kulit. “Dongkal-dongkal, dongkal-dongkal. Moga-moga pak, bu?” kalimat itu sering keluar saat melihat orang di pinggir jalan. Sedihnya saat bapak dan ibu yang saya tawari, mereka tolak dan lebih memilih bis. Memang luar biasa lah bapak, dia jalani kegiatan ini selama Sembilan tahun. Saat ini Alhamdulillah bapak sudah tidak menyupir angkudes lagi, bapak sudah diringankan mencari nafkah oleh Allah karena dia diangkat menjadi guru PNS. Andai saja saya tahu, banyak keajaiban menjalani shalat Dhuha. Saya nasehati bapak pelan-pelan, pasti Allah akan meringankan. Saya kagum dengan bapak, dia tidak pernah mengeluh, dia tetap semangat mencari nafkah walau sakit menimpanya. Beliau memang sifatnya keras kepala, tapi dibalik keras kepalanya, beliau memegang prinsip komitmen dan tanggung jawab yang tinggi untuk istri dan anak-anaknya. *Masya Allah. Secara tidak langsung bapak memberikan pelajaran yang begitu penting untuk saya. Terima kasih Pak. Saya juga bisa, Insya Allah. *Hayoo. Mana istri, mana? heheee becanda pemirsa.

[Continue reading...]

Minggu, 17 Agustus 2014

Keluh Kesah Menghafal

- 0 komentar

        Setiap orang menginginkan impiannya bisa terwujud, begitu pun denganku. Dalam menggapai impian itu, pasti banyak sekali halangan menghadang. Seperti keluhan-keluhan yang akan memperlambat impian itu terwujud. Dan keluhan itu juga menimpaku.

Sudah kesekian kalinya aku mengeluh, “Bisa tidak ini, aku meraih impianku. Menjadi seorang Hafidz Qur’an.” Kalimat itu sering muncul tiba-tiba dan membuatku pesimis. *Astaghfirullah…  Muncul saat aku dalam kesusahan menghafal. Padahal sudah berulang kali membaca surat tersebut dan hasilnya aku lupa lagi. *heddehh.  Muncul saat waktu-waktu terpunuhi dengan aktivitas, sehingga tidak ada waktu luang membacanya... *sedih

      Seperti yang dialami saat ini, surat Al Haqqah, kalimatnya begitu asing, sehingga saat kubaca susah sekali masuk dalam ingatan. Padahal baru Al Haqqah lho, hanya 56 ayat. Belum surat-surat yang panjang, seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisa dan seterusnya, dimana ayatnya berjumlah ratusan dan panjang-panjang kalimatnya… *waduh-waduh

       Tapi lagi-lagi aku teringat mereka yang sudah menyelesaikan hafalannya. Teringat mereka juga yang sedang berproses menghafal, pasti mereka juga pernah mengeluh tapi mereka tetap bersemangat. Mereka menunjukan bahwa mereka bisa, mereka mampu dan sanggup mengemban amanah dari Allah yang begitu Agung. Yaitu Al Qur’an, yang kini sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Setelah teringat akan hal itu, aku mulai optimis lagi, aku mulai mencoba lagi, aku mulai membaca lagi. Mereka saja bisa mengapa aku tidak, walau kadang hafalan susah sekali masuk dan pesimis pun datang lagi.

            “Mungkin ini adalah suatu ujian bagimu Vi, akankah kamu tetap beristiqamah atau malah mencukupkan dan berhenti di Juz yang saat ini sedang kamu hafal.” Suara nurani 1 menasehati. “Atau mungkin karena dia pergi, menjauh darimu, dan akan menghilang darimu, sang pemberi semangat kehidupan.” Suara nurani 2 mengingatkan. *Ahh aku rasa tidak, perasaanku saja sedang ngaco.

          Jovi, hayoo dong semangat!!! Kamu sudah ditunggu para penghafal Qur’an yang saat ini telah bersanding dengan Tuhannya, di tempat mulia di sisi-Nya. Akankah kamu berhenti disitu saja, jangan sia-siakan kesempatan yang telah diberikan Allah. Kamu telah diberi nikmat oleh-Nya sampai saat ini, masa mau berhenti di jalan, jangan setengah-setengah menjalani tugas mulia dari Allah dan Rasul-Nya. Masih ingatkah tentang Para penghafal Al-Qur’an akan dimuliakan oleh Allah Ta’ala sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur’an ini dan merendahkan kaum yang lain” (HR. Muslim).

            “Menghafal itu memang tidak mudah, tapi Allah permudah Vi. Bulatkan tekadmu. Bukankah yang kamu inginkan nanti keluarga, keturunan dan pendamping hidupmu juga bisa belajar darimu, belajar agar mereka menghafal sepertimu. Istiqamah saja. Masalah waktu, kapan kamu menghatamkannya urusan nanti, Allah yang menentukan, Sang Pemberi Kasih Sayang yang memudahkan. Saat ini berproseslah dan selalu berdoa…” Suara nurani mengingatkan lagi.
         
          Berdoalah seperti yang Rasul contohkan pada Sahabat Ali bin Abi Thalib agar beliau dimudahkan dalam menghafal,

“Ya Allah, kasihinilah aku dengan meninggalkan maksiat selama Engkau mengekalkan aku, dan kasihinilah aku dari menanggung sesuatu yang tidak berguna bagiku. Berilah aku rizki berupa pandangan yang baik pada sesuatu dimana Engkau ridha padaku.

Ya Allah pencipta langit dan bumi, yang memiliki Keagungan, Kemuliaan dan Kejayaan yang tidak dapat dibayangkan. Aku memohon kepada Engkau, Ya Allah, wahai Dzat yang Maha Pengasih dengan keagungan-Mu dan cahaya wajah-Mu semoga Engkau menetapkan hatiku HAFALAN terhadap kitab-Mu. Sebagaimana Engkau telah mengajarkanya padaku.

Berilah aku karunia untuk membacanya sesuai dengan yang Engkau sukai. Dengan cahaya wajah-Mu agar Engkau menyinari pandanganku dengan kitab-Mu. Engkau fasihkan lidahku dengannya, dan engkau bersihkan badanku dengannya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menolongku kepada kebenaran kecuali Engkau.

Laa haula walaa quwwata illaa billaahil aliyyul adziim…”



          *MARI BERPROSES BERSAMA TEMAN, INSYA ALLAH DIPERMUDAH JIKA BERSAMA. AMIN*
[Continue reading...]

Jumat, 15 Agustus 2014

Raih Suksesmmu, Di Pesantren Mahasiswa Mafaza

- 0 komentar

Hallo, temen-temen seluruh mahasiswa baru angkatan 2014 yang saat ini kuliah di Purwokerto #Mahasiswa Lama juga tidak apa. Sudah punya tempat untuk ditinggali? Jika belum dan memang orang tua kurang bisa membiayai untuk temen-temen ngekost, ngontrak, dan lain sejenisnya. Nggak usah bingung kami siap menampung. Bagi yang mampu pun akan kami pertimbangkan, asal ada kemauan yang besar menjadi santri dan siap memakmurkan masjid.

Sudah banyak lho, lulusan santri Mafaza menjadi orang-orang penting dan menyibukan diri saat ini. Tidak diragukan lagi dehh.. Ada yang jadi Dosen UNS, jadi Bos Penerbit Jabal, ada yang punya butik, pegawai negeri, pengusaha, ada juga yang sedang berproses menjadi seorang Hafidz *Minta doanya yah, dan masih banyak lagi sampai ane tidak bisa menyebutkan satu per satu. *Pokoknya dilingkup ini ni, bidang wirausaha, dakwah, PNS , pembimbing masyarakat dan  karyawan perusahaan. Tapi yang diharapkan bukan hanya sekedar itu lho yah. Mereka juga menjadi kader masjid di daerahnya masing-masing, ikut serta memakmurkannya, dan tentunya Mafaza menjadi kenangan terindah masa-masa mengawali kesuksesannya.

Banyak pengajar yang mumpuni, lho. Ustadz Toha Husein Al Hafidz, Ustadz Muhammad Sofwan Al Hafidz, Ustadz Muhyuddin Al Hafidz, Ustadz Arian Sahidi Al Hafidz, Ustadz Mutawalli Al Hafidz, Ustadz Masnun ‘Alim Al Hafidz, Ustadz Ibnu Rochi, Ustadz Muhibbin, Ustadz Ismet, Ustadz Trisno, Pak Uki, terus bapak sekaligus pengajar kita Ustadz Syarief Ba’asir, dan masih banyak lagi dari kalangan lainnya. Serta, kami tidak ketinggalan rupanya, para kaka angkatan yang siap mendampingi. Para ustadz dan kaka angkatan siap menerima konsultasi, asal diwaktu yang tepat dan tidak dalam kondisi kesibukan tentunya… *Ada deh waktu buat kamu.

Pasti pada tanya nih, “Adduh, Ustadznya Hafidz semua.. Biaya perbulannya pasti gede juga dong?” Kata siapa nggak kok, anda diwajibkan membayar infaq sebesar Rp 35.000 *mungkin ada perubahan. Nantiya uang yang kita infaqkan bersama ini, akan digunakan untuk keperluan program Pesma, kegiatan santri, menambah dan perawatan alat yang diperlukan pesantren. *enak kan? Infak, tapi untuk keperluan sendiri lagi.

Asrama pesantren memiliki 12 kamar, 1 kamar nantinya ditinggali 2 orang santri. Di dalamnya sudah ada seperangkat alat tidur. Kemudian Audotorium, kamar mandi, ruang belajar, UPM (Unit Pemakmuran Masjid) ada UPM Radio Mafaza, Kajian Bina Jama’ah, Mafaza Training Centre, Perpus Mafaza, dll. Jadi nggak perlu takut deh ada waktu kosong *yang pingin jadi mahasiswa aktif. Bisa mencoba dan aktif di UPM-UPM tersebut.

Persyaratan pendaftaran akan dilampirkan, dan satu lagi persyaratan yang wajib bagi temen-temen adalah…. Persiapkan mulai dari sekarang untuk membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, barang kali para ustadz mengetes bacaan temen-temen… *Yah, masa sudah segede ini, mau jadi santri nggak bisa ngaji? Nggak mungkin lah yah, saya yakin temen-temen bisa. Semangat.

Orang yang berproses sukses itu, adalah orang yang mampu memanage waktunya. Sama halnya dengan kami, tentunya ada sebuah peraturan dong menjadi santri. Simak berikut ini yah…
  • Orang tua santri menandatangani surat pernyataan yang telah disediakan, yang menyatakan bahwa bersedia untuk memasukkan putranya ke Pesantren Mahasiswa dan siap mengikuti peraturan di yang ada di Pesma.
  • Santri wajib mentaati tata aturan yang berada di pesantren Mahasiswa.
  • Mengikuti magang Liburan Semester yang dilaksanakan di UPM Profesional : Satsa, Klinik, Minimarket dan Lazis serta Radio MAFAZA 96.7 Fm.
  • Selama Pra dan Ramdhan berlangsung wajib mengikuti kepanitian besar Amaliyah Ramadhan dengan berbagai/padat kegiatan pelayanan umat.
  • Santri Berpakaian secara Islami dan Berakhlakul kharimah.
Perizinan dan Mudik :
o Pengikuti prosedur izin / mudik / liburan yang telah ditetapkan Takmir dan Bagian Pendidikan PESMA.
o   Libur Sebelum dan setelah Lebaran = 10 hari
o   Libur Akhir semester = 15 hari
o   Izin bersifat syar’i harus mengisi form izin jika > 24 jam.
o Izin kajian Intensif Pesma diutamakan karena alasan kuliah dan praktikum. Selain alasan itu maka dianggap tidak hadir.

                Kajian Pesma 
  • Mengikuti Kajian dengan presentasi kehadiran  80 % .
  • Mengikuti Ujian Pesma di akhir semester yang diselenggarakan Bagian pendidikan.
  • Datang kajian tepat waktu sesuai jadwal. 


Ayo tunggu apalagi, raih suksesmu disini. Terbatas lho, dan akan diseleksi. Bagi yang belum tahu dimana masjid Fatimah berada, nih ane kasih bocoran… hehee Masjid Fatimah berada di tengah-tengah komplek Universitas Jendral Soedirman Purwokerto, jalan Haji Madrani No. 1 RT 07 RW 07 Purwokerto Utara. *jangan lewatkan menjadi budi pekerti yang baik... ceting…

Dokumentasi Kebersamaan Kaka Angkatan



Rihlah

Kebersamaan
 



Makan-makan

Raker

Jalan-jalan

Kajian

Pelatihan menjadi pengajar anak

Bersih-bersih

Bangunan Masjid

Kerja Bakti

Diskusi Malam

Ikutan Nampang

Jadi Pahlawan

Rejeki tak terduga

Hafalan
Keg. Beladiri
BARAKALLAH
[Continue reading...]

Shalat, atau Mau Main?

- 0 komentar
Aneh, memang! Saya perhatikan semakin maju perkembangan teknologi, semakin maju pula barisan atau shaf jama’ah shalat di masjid-masjid atau tempat shalat lainnya. Dulu jamannya para salafus shalih nih, shaf-shaf terdepan menjadi bagian yang diperebutkan banyak orang khususnya shaf pertama. Banyak keutamaan-keutamaan yang digambarkan oleh Allah untuk orang-orang yang menempatinya.

“Seandainya manusia mengetahui keutamaan pada adzan dan shaf pertama, lalu mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan mengundi. Pastilah mereka akan mengundinya.” (HR. Bukhari Muslim)

Kini, tembok dan tiang-tiang yang berdiri tegak bertempat di belakang, bak sofa empuk nan mewah untuk bersender. Rasa kantuk pun datang saat Khotib menyampaikan kalimat-kalimat nasehatnya. *Astaghfirullah…
Padahal shaf belakang adalah seburuk shaf bagi laki-laki, saat mendapati shalat berjamaah lho.  dalam sebuah hadist diterangkan.

“Shaf yang terbaik bagi laki-laki adalah yang pertama, yang terburuk adalah yang terakhir. Sedangkan bagi wanita yang terbaik adalah yang terakhir, dan yang terburuk adalah yang pertama.” (HR Muslim)

Kemudian. Pakaian-pakaian yang tidak selayaknya dipakai saat menghadap Sang Kuasa, dipakai seenaknya saja. Mana rasa hormat dengan Sang Pencipta, Sob? Apakah pantas memakai kaos, celana pensil? Baik sii bawahannya pake sarung, tapi atasnya pakai kaos. Baik sii atasannya pakai baju koko, tapi bawahannya celana pensil. Haduh-haduh kan nggak ada serasi-serasinya, Sob...  Terkesan seperti santri rock and roll, kan nggak boleh menyerupai non muslim. *Menyerupai saja nggak boleh, apalagi mengikuti.. Karena sejatinya sang Uswatun Khasanah adalah Rasulullah SAW, Beliau yang berhak kita teladani dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Begini sob. Menghadap yang dirasa orang itu perlu dihormati saja, seperti guru, dosen, camat, lurah, menghadiri kondangan, undangan, dsb. Anda memakai pakaian serapih dan tentunya pakaian yang terpilih, bahkan parfum pun tidak ketinggalan menyertai Anda pergi. Lha dengan yang memberikan Anda penghidupan, Anda memakai seenaknya saja tanpa memikirkan apakah diterima amal yang akan dipersembahkan pada Allah nanti… Seharusnya begitulah sikap kita dalam menyikapi amal, perhatikan betul-betul syaratnya. Kalau perlu, tanya lagi sama ahlinya *Ustadz atau siapalah.   

Ada cerita, begini… Jadi waktu shalat Magrib berjamaah. Ada beberapa orang jama’ah mengenakan atasan kaos, bawahannya celana pensil yang super ketat. Kebetulan waktu itu, shalat berjamaah kloter ke-2. Begitulah Mafaza, pasti ada kloter ke-2 karena saking banyaknya jamaah dan mahasiswa *Bukan karena tempatnya yang sempit kemudian bergantian, tapi karena telat. Heheee..mungkin ada acara.. khusnudzan saja..  

Dikloter ke-2 ini, ada 1 shaf penuh terisi jamaah umum dan mahasiswa.. kebetulan ustadz Toha sudah selesai dzikrullahnya dan berniat pulang. Saat akan memakai sandalnya Ustadz melihat pakaian yang dikenakan jamaah terbuka dan terlihatlah *Maaf garis pantatnya.. Ustadz Toha tidak membiarkannya terus saja shalat, karena syarat sahnya shalat, salah satunya adalah menutup aurat. Bergegas ustadz menghampiri jamaah tersebut, dan ditariklah mundur satu per satu.. *pasti, rasanya kaget tuh. Hehee

Lebih dari 4 jamaah ditarik mundur, dan tidak ada salah satu dari mereka yang tidak bertingkah laku kebingungan. *semua bingung, dan bertanya-tanya. Ada apa ini? Ustadz menjelaskan dengan cara yang baik, walau membatalkan shalat mereka dengan menarik… hehehee.. Akhirnya mereka paham, kemudian jamaah ini disarankan untuk mengenakan kain sarung untuk menutupi auratnya…

Wahai saudaraku, ketahuilah sebaik-baik ibadah adalah saat kita mempersembahkannya juga dengan baik. Allah menyukai keindahan, maka pakailah pakaian untuk menghadapnya yang dianggap oleh kita baik dan paling indah. Tidak perlu baru dan mahal, persembahkan sesuai syariat yang berlaku dan ditetapkan oleh-Nya. Kita bukan mau main, melainkan akan menghadap menggapai ridho-Nya...

Barakallah…

[Continue reading...]

Rabu, 13 Agustus 2014

Nasehat Untuk Dua Pengandara Bermotor

- 0 komentar

Peristiwa ini sebenarnya sudah lama terjadi, tapi baru kali ini aku menulisnya. Mohon dimaklumi, terkadang waktu yang Allah berikan ini aku gunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, hal-hal lagho (sia-sia) malah aku kerjakan, sehingga suatu yang menjadi aturan dan perintahnya terabaikan… *saling menasehati

Disuatu hari, aku pulang dari kampus. Sekitar jam lima sore lah tepatnya. Melawati jalan yang biasa aku lewati *Arcawinangun. Semilirnya angin mengenai tubuhku yang sedang letih waktu itu. Hahh sejuknya, nikmat yang Allah berikan ini. Sungguh tidak ada yang bisa menghitung nikmat-Nya kalaupun semua manusia dikumpulkan untuk menghitungnya, tetap saja tidak akan ada yang bisa menghitungnya, saking banyaknya nikmat Allah… *Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah. 

Aku lewati jalan sambil berlatih adzan persiapan Magrib tiba. Ku ulangi lagi dan lagi hingga mulutku berbusa… Sampailah pada pertigaan jalan, aku akan menyebrang. Ku tengok kanan kiriku, banyak kendaraan berlalu lalang. Aku mencoba bersabar dan menunggu waktu yang tepat, agar aku bisa kembali melanjutkan perjalanan pulang ke masjid. Saat aku menunggu, tiba-tiba saja dari arah belakangku sebuah kendaraan bermotor dengan pengemudinya mencoba menyebrang tanpa melihat arah kanan dan kiri. Bunyi ban motor yang direm secara mendadak *Ssrrrrreeettt, keras dan berderit begitu panjang. Hampir saja, sebuah motor bebek dari sebelah kananku menabrak pengemudi yang main tancap gas dari arah belakangku… Alhamdulillah, Allah masih mengasihi mereka berdua.

 Bukannya kalimat syukur yang terucap dari lisannya, karena tidak terjadi peristiwa yang menurutku mengerikan *kecelakaan. Sang pengendara dari arah kanan ini malah mengeluarkan kata dan kalimat yang tidak layak untuk diucap ditujukkan pada pengendara tadi…*Naudzubillah. Padahal kalau dipikir lagi, semua yang akan dan sudah terjadi adalah kehendak Allah. Allah telah menuliskannya di Lauhul Mahfudz, Allah berfirman dalam Al Qur’an.

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.” Qur’an surat Al Hadid ayat 22.

Allah telah menuliskan apa yang akan kita alami, perkara yang kecil dan mudah bagi Allah. Maka dari itu, seharusnya kalimat syukurlah yang terucap keluar dari mulut pengendara tadi… “Alhamdulillah, Allah masih memberikan keselamatan dan menggagalkan terjadinya kecelakaan.” Saling memaafkan satu sama lain dengan cara kekeluargaan. Miris perasaanku mendengar pertengkaran yang terjadi, hatiku bergumam, “Ya Allah kenapa masih saja ada orang yang seperti ini di bumi-Mu?” Aku rasa mereka berdua adalah seorang muslim, dalam sebuah hadist dijelaskan “Orang islam itu, diibaratkan satu tubuh. Jika satu mengalami sakit, maka yang lain pun akan merasakan sakitnya.” Mungkin hadist ini masih belum terpatri dalam hati dan kurang dipelajari… *Ya Allah, jadikan hamba dan para pembaca sekalian sebagai hambamu yang mengerti dan mengamalkan ilmu yang Engkau ajarkan... Amin

Saudaraku yang berbahagia, sungguh rasanya damai sekali jika kita saling mengerti dan saling memahami. Semua ini telah ditaqdirkan oleh Sang Pencipta. Syukuri dan teguhkan hati, jika mengalami hal yang dirasa kurang berkenan di terima. Bukan hanya kasus tadi, Semua! Semua yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari… Aku yakin anda juga pernah mengalami hal serupa, mungkin lebih. Jika dulu disikapi dengan rasa kesal berkecamuk, maka mulai saat ini kita ubah mindset dengan bersyukur.

Aku menyadari betul, apabila hal ini dialami olehku belum tentu aku bisa berpikir demikian. Tapi setidaknya jangan kata kotor yang keluar, ingat kembali Allah. Sehingga rasa kesal tadi aku luapkan dengan syukur Alhamdulillah.

Masya Allah, semoga Allah memberkahi…
[Continue reading...]
 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger