Aku
adalah seorang santri, santri dari Pesantren Mahasiswa (Pesma) Masjid
Fatimatuzzahra (Mafaza). Menjadi santri adalah cita-citaku sejak dulu. Sayangnya baru
kali ini bisa tercapai, Ya tidak apa-apa, aku tetap menyukai dan mensyukuri apa yang Allah
rencanakan pada diri ini.
Kala
itu aku lulus SMA, tidak ada perencanaan sebelumnya aku tinggal dan menjadi
santri di masjid Fatimah. Berawal dari diterimanya aku di Stikes Harapan Bangsa
Purwokerto. Aku dalam keadaan bingung waktu itu. Aku bertanya-tanya pada diriku
sendiri,
“Dimana
aku akan tinggal nanti?
Bagaimana
nanti pergaulanku?
Bagaimana nanti keadaan agamaku disana?”
Dan
masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul menyeruak di dalam dada.
“Permisalan
teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek
seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan)
penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak
wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau
akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk
dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan
bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak
wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau
akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk
dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan
bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)
Mungkin
Allah telah menggariskanku menjadi orang yang dijauhkan dari perbuatan maksiat.
Allah tidak mau melihat hambanya ini terjerumus ke jurang kesesatan. Sehingga
pada suatu malam dibulan Ramadhan teman bapak, sekaligus bekas tetangga kami
dulu datang ke rumah bersilaturrahim, dia menanyaiku,
“Kuliah
dimana?”,
“Purwokerto
ustadz”,
“Owh,
sudah punya tempat untuk ditinggali disana?”,
“Belum
ustadz, saya masih bingung.”,
“Kalo
begitu tinggal di Masjid Fatimatuzzahra saja, disana seperti dewan dakwah. Jadi
hampir setiap hari ada kegiatan yang bermanfaat. Insya Allah, pergaulanmu
terjaga.”
“Wah,
sepertinya saya tertarik ustadz, dimana itu tempatnya?”
“Di
tengah-tengah komplek kampus Universitas Jendral Soedirman, nanti tanggal *sekian
saya berada disana, kamu datang saja, biar saya perkenalkan dengan takmirnya.”
“Baiklah
ustadz, akan saya usahakan”. Jawabku mengakhiri
percakapan.
Tanggal
yang ditetapkan telah tiba, aku pun berangkat kesekian kalinya menuju
Purwokerto, kota Kesatria. Aku baru tahu kalau ada masjid yang begini, masjid
yang tidak mempunyai tembok yang menyekati pada ujung di sisi-sisinya.
Waktu
itu aku belum tahu apa filosofi di balik semua ini. Yang terpikirkan itu
hanya…. “Wah keren, masjidnya gede, nanti
jika aku adzan disini, pasti suaranya bakal kemana-mana, hee.” *Pikirku jika aku diterima di Mafaza
Sedikit
bingung dan kesasar saat menuju ke masjid, karena awal kalinya aku kesini.
Aku
pun bertemu dengan ustadz Hasan yang pernah bersilaturrahim ke rumah dan
menawarkan untuk tinggal di masjid yang megah ini. Aku mengucapkan salam
padanya dan kami pun memulai perbincangan mengenai keseriusanku.
“Akankah aku mau tinggal setelah melihat
masjid Fatimah”. Begitu pertanyaan itu keluar, aku langsung menjawab “Ya, Aku bersedia ustadz.” Hehe aku
membuat pertanyaan dan kujawab sendiri.
Kemudian
ustadz memberikan contact person mas Dayat selaku kenalannya di Mafaza, aku
disuruhnya untuk menghubungi contact tersebut. *Aku menghubungi mas dayat, kami pun bertemu di Gedung Serba Guna
Mafaza sekitar sore hari. Aku berbincang-bincang mengenai keminatanku tinggal
di Mafaza, kemudian dia memanggil seseorang yang saat itu aku belum
mengenalnya. Ya dia ustadz Yogi, ketua takmir harian yang kini meninggalkan Mafaza
untuk sementara, menjalani tugas negara, karena bagiku dia akan kembali, kembali
ke masjid ini, memakmurkan masjid dan menyusun mimpi-mimpi besar lagi.
Aku
tidak tahu di mafaza menawarkan dua macam program, satu Pesantren Mahasiswa / PESMA
*yang saat ini aku didalamnya dan
satunya adalah Quliatul Qur’an *program penghafal Al Qur’an. Niatnya aku
mau daftar program Pesantren Mahasiswa, ehh berhubung kurangnya informasi yang
aku dapat kala itu, aku masuk ke program Quliatul Qur’an *Aku nyasar pemirsa.
Saat
malam tiba, para santri Quliatul Qur’an dikumpulkan untuk ditest bacaan dan hafalan oleh
ustadz Sofwan. Owh ini ustadz Sofwan yang suaranya merdu, yang punya beberapa
variasi lagu Qur’an itu toh. Wah keren-keren, nggak sia-sia aku kemari untuk
menyantri. “Ya giliran kamu!”, ustadz
Sofwan menunjukku setelah menguji beberapa santri Quliatul Qur’an lainnya. Wadduh
sudah lama hafalanku tidak aku murojaah, bagaimana ini? Jantung berdetak tidak
karu-karuan. Ehhh dengan PDnya “An Naba”
terucap keluar dari mulutku saat ditanya mau surat apa kamu.
Beberapa
ayat aku lafalkan, “Ya sudah cukup!!”
ustadz Sofwan memberhentikanku yang sedang melafalkan hafalanku, aku berpikir dalam hati, pasti banyak yang
keliru, *Aduh malunya, banyak para
penghafal kala itu. “Kamu belajar lagi ya!” “Iya ustadz” jawabku malu.
Selesai
pertemuan itu, aku tidak menyia-nyiakan waktuku untuk bersantai, aku menghafal
An Naba lagi, surah yang dulu pernah aku jadikan bacaan sholat waktu kecil..
Sedikit bercerita, kenapa aku hafal? Ingatanku bagus saat aku kecil, padahal
tidak membaca, hanya mendengarkan dari sebuah tipe / radio syekh Hany Ar Ri’fai
yang bapak setel waktu pagi hari.
Mungkin
karena hafal dari mendengarkan saja, banyak tajwid dan makhraj bacaan yang
kurang tepat, sehingga ustadz mencukupkan pada ayat yang ke sepuluh.
Saat
aku sedang asyik-asyiknya menghafal untuk persiapan test pada ba’da Subuh
besok, aku mendengar sepertinya ada yang sedang berceramah di tengah malam. Aku
penasaran, kemudian aku menghampirinya, dalam hati berucap “Ini ramai sekali *sekitar 15 orang yang mendengarkan. Sedang apa
mereka?” aku berdiri di samping jendela kaca berwarna hitam, aku ditegur
sapa oleh mas Rizki,
“Assalam, Mau ikutan apa?”
“Wa'alaikum salam, Tapi mas?”
“Ya ikut saja, Hayoo masuk!!” Mas
Riski menggandengku, mendekapku dan menciumku membawa masuk.. *Nggak-enggak itu Cuma bercanda, jangan dibayangkan lho yah! masa aku
menolak. NOH!!
Lanjut
kecerita, Ustadz Yogi selaku pengisi acara, kemudian memperkenalkanku dengan para santri, yang notabene mereka juga santri baru, mahasiswa baru sepertiku.
Tutur
Ustadz Yogi memperkenalkanku. “Baik
teman-teman, ini akan menjadi teman anda sekalian di Pesma nanti, namanya Mas
Jovi dari Pemalang. Ada yang dari pemalang juga?” Imam dan Ulil Fiqi
mengangkat tangannya.
Selesai
acara, aku berkemas dari masjid menuju Pesma setelah ijin dengan beliau, aku
menjadi anak Pesma sekarang bukan Quliatul Qur’an… *Hiyaaaa, horree prok prok prok aku
tidak jadi bertemu ustadz Sofwan besok, heee.
Secara, Ustadz Sofwan teliti dalam menyimak, aku jadi takut dan malu. *Tapi itu dulu, sekarang sudah berkurang rasa malu itu karena banyak belajar dari ustadz Toha, ustadz Muhyudin, dan ustadz Ismet.
Secara, Ustadz Sofwan teliti dalam menyimak, aku jadi takut dan malu. *Tapi itu dulu, sekarang sudah berkurang rasa malu itu karena banyak belajar dari ustadz Toha, ustadz Muhyudin, dan ustadz Ismet.
Aku
tidak menemukan kamar yang belum dihuni, kecuali bekas gudang, rencana besok
mau kuberesi dan kutata rapi. Aku menginap dan menitipkan tasku di kamar Ulil
Fiqi dan Pahri. Aku canggung dengan mereka, mereka begitu pendiam awal-awal. Pahri dengan badan yang gede dan begitu tingginya, aku kira dia preman, SEREM!! *Karena aku pernah dibekali ilmu bela diri, rasa takut itu sedikit teratasi...
Malam semakin larut dan waktunya untuk
tidur. Nyamuknya itu lho banyak banget, aku putuskan untuk tidur di masjid
beberapa hari ini, *Hee anak pesma yang
mblaur
Ini bukti saya belajar bela diri |
Banyak
keceriaan, canda tawa berbagi satu sama lain, kepedulian, perhatian, kadang
juga nonton film bersama*noh, makan
berjamaah dalam satu nampan *Tapi jangan pernah
berpikir mandi berjamaah dalam satu toilet lho yah.
AKU TIDAK MELIHAT DAN PEDULI BANGUNAN
YANG AKU TEMPATI, GUBUG REYOT NAN HAMPIR RUSAK. DISITULAH MIMPI-MIMPIKU
BERSEMANGAT UNTUK KUGAPAI. AKU BERTEMU DENGAN MEREKA, MEREKA YANG AKAN
MENJADI TEMANKU NANTI DI SURGANYA ALLAH, INSYA ALLAH.
Bangunan PESMA Baru |
AKU BAHAGIA JADI BAGIAN DARI PESMA, MIMPIKU
TERWUJUD MENJADI SANTRI PESANTREN. SUBHANALLAH WALHAMDULILLAHI RABBIL ‘ALAMIN
Semoga Allah Memberkahi