Beberapa
bulan terakhir, ustadz Rian memberikan gebrakan yang begitu berarti bagi kami,
khususnya pada santri Pesantren Mahasiswa Masjid Fatimatuzzahra (Pesma Mafaza)
angkatan 2013. Dia mengajarkan bagaimana cara membaca dan melafalkan bacaan Al
Qur’an yang baik dan benar. Selain itu dia juga rajin membangunkan kami
ditengah malam *sepertiga malam pukul
03.30 WIB agar kami menjalankan sholat malam. Baik hatinya malah dibalas
dengan keacuhan beberapa santri pada
minggu-minggu awal. Pura-pura bangun, eh habis itu tidur lagi, *termasuk saya, hee. Namun dengan
kegigihan dan pantang menyerahnya, lambat laun kami menjadi sadar. Sampai kapan
kami akan dibangunkan seperti ini? Sedangkan kami bukan anak-anak lagi, kami
sebentar lagi punya istri, *noh
nyambungnya kesitu, helleh. Sebagian sudah memperhatikan dan sering bangun
awal sebelum ustadz membangunkan. Mungkin sebagian lagi kecapean akibat
aktivitas kuliah yang begitu padat sehingga masih butuh dibangunkan.
Dari
sini yang membuatku terpacu lagi untuk menghafal Al Qur’an, karena ustadz Rian
menyarankan mereka untuk menghafal. Aku selalu iri jika aku disaingi, *Iri memperbanyak dan berlomba-lomba dalam
kebaikan diperbolehkan lho ya. Aku jadi termotivasi untuk menghafal
kalam-kalam Allah yang indah dan mengandung makna yang berarti. Sungguh berat
sekali awalnya dalam menghafal, ayat-ayat juz 29 sangat asing sehingga susah
untuk diingat. Namun dulu aku pernah menerepkan sebelum menghafal, aku kenali
betul-betul ayat-ayat yang asing dengan mendengarnya dari murottal, kebetulan
yang kugemari adalah syekh Hany Arrifa’I dan Misyari Rasyid. Aku mengulangi
dengan metode ini, namun hasilnya masih belum optimal. Tapi aku tidak menyerah
sampai disini.
Semakin
menambah motivasiku saja setelah aku membaca hadist yang menjelaskan “Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti
tergantung dari banyaknya hafalan seseorang saat di dunia.” Subhanallah
sungguh beruntung orang-orang yang kini telah menghafal tiga puluh juz, *selamat bagi anda. Biasanya juga, jika
ingin memiliki istri yang hafalannya banyak, otomatis dari pihak keluarganya
mensyaratkan calon suami yang banyak juga hafalannya. Jadi tidak usah khawatir
nanti, hee. *Noh kenapa urusannya ke
istri lagi.
Inilah
sedikit penelitian bagaimana dan kapan waktu yang paling tepat menghafal
kalam-kalam Allah yang begitu indahnya jika dilafalkan dengan baik dan benar. Metode
yang saya gunakan adalah dengan metode percobaan sampling pada waktu-waktu
tertentu.
Menghafal
membutuhkan konsentrasi yang penuh, tentunya dengan pikiran yang segar dan
tanpa ada paksaan dari luar, biasanya ditambah sedikit motivasi, keinginan
menghafal akan semakin besar. Semua kondisi tadi saya temukan berada tepat di sepertiga
malam. Riuh-riuh jangkrik yang mendampingi, kadar oksigen yang begitu tinggi,
sehingga memberikan sensasi segar pada otak dan tubuh saat menghirup perlahan
masuk ke system respirasi. Mandi dan sholat malam menjadi sebuah yang wajib
sebelum menghafal, inilah pemanasan menghafalya bagiku.
Namun
sebelum kita menghafal di sepertiga malam, kita inputkan terlebih dahulu
ayat-ayat yang akan kita hafalkan pada sepertiga malam, terserah ingin diwaktu
apa! Siang boleh, sore, atau ba’da Isya. Ini sifatnya untuk memberikan
gambaran, kemudian pada sepertiga malam, sedikit mengulang-ulang, subhanallah
ayat yang telah diinputkan sebelumnya menempel dengan baik di otak. Menginputkan
ayat-ayat yang akan dihafal bisa dengan membacanya berulang-ulang sebanyak
sepuluh sampai dua puluh kali, jangan lupa dengarkan terlebih dahulu dari syekh
yang kita sukai, ini akan lebih mempercepat. Kalo bisa kita merekam suara
sendiri, kemudian kita dengarkan sendiri, owh iya inputkan ayat-ayat yang asing
sambil berkaca melihat mimic kita, itu juga akan lebih mempercepat lagi.
Selamat
mencoba Akhi, Ukhti. Semoga Allah memberkahi.
0 komentar:
Posting Komentar