Aneh,
memang! Saya perhatikan semakin maju perkembangan teknologi, semakin maju pula
barisan atau shaf jama’ah shalat di masjid-masjid atau tempat shalat lainnya.
Dulu jamannya para salafus shalih nih, shaf-shaf terdepan menjadi bagian yang
diperebutkan banyak orang khususnya shaf pertama. Banyak keutamaan-keutamaan
yang digambarkan oleh Allah untuk orang-orang yang menempatinya.
“Seandainya manusia mengetahui
keutamaan pada adzan dan shaf pertama, lalu mereka tidak mendapatkannya kecuali
dengan mengundi. Pastilah mereka akan mengundinya.” (HR. Bukhari Muslim)
Kini, tembok
dan tiang-tiang yang berdiri tegak bertempat di belakang, bak sofa empuk nan
mewah untuk bersender. Rasa kantuk pun datang saat Khotib menyampaikan
kalimat-kalimat nasehatnya. *Astaghfirullah…
Padahal shaf
belakang adalah seburuk shaf bagi laki-laki, saat mendapati shalat berjamaah
lho. dalam sebuah hadist diterangkan.
“Shaf yang terbaik
bagi laki-laki adalah yang pertama, yang terburuk adalah yang terakhir. Sedangkan
bagi wanita yang terbaik adalah yang terakhir, dan yang terburuk adalah yang
pertama.” (HR Muslim)
Kemudian. Pakaian-pakaian
yang tidak selayaknya dipakai saat menghadap Sang Kuasa, dipakai seenaknya
saja. Mana rasa hormat dengan Sang Pencipta, Sob? Apakah pantas memakai kaos,
celana pensil? Baik sii bawahannya pake sarung, tapi atasnya pakai kaos. Baik
sii atasannya pakai baju koko, tapi bawahannya celana pensil. Haduh-haduh kan
nggak ada serasi-serasinya, Sob...
Terkesan seperti santri rock and roll, kan nggak boleh menyerupai non
muslim. *Menyerupai saja nggak boleh,
apalagi mengikuti.. Karena sejatinya sang Uswatun Khasanah adalah
Rasulullah SAW, Beliau yang berhak kita teladani dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
Begini sob.
Menghadap yang dirasa orang itu perlu dihormati saja, seperti guru, dosen,
camat, lurah, menghadiri kondangan, undangan, dsb. Anda memakai pakaian serapih
dan tentunya pakaian yang terpilih, bahkan parfum pun tidak ketinggalan
menyertai Anda pergi. Lha dengan yang memberikan Anda penghidupan, Anda memakai
seenaknya saja tanpa memikirkan apakah diterima amal yang akan dipersembahkan
pada Allah nanti… Seharusnya begitulah sikap kita dalam menyikapi amal,
perhatikan betul-betul syaratnya. Kalau perlu, tanya lagi sama ahlinya *Ustadz atau siapalah.
Ada cerita,
begini… Jadi waktu shalat Magrib berjamaah. Ada beberapa orang jama’ah
mengenakan atasan kaos, bawahannya celana pensil yang super ketat. Kebetulan
waktu itu, shalat berjamaah kloter ke-2. Begitulah Mafaza, pasti ada kloter
ke-2 karena saking banyaknya jamaah dan mahasiswa *Bukan karena tempatnya yang sempit kemudian bergantian, tapi karena
telat. Heheee..mungkin ada acara.. khusnudzan saja..
Dikloter ke-2 ini, ada 1 shaf penuh terisi
jamaah umum dan mahasiswa.. kebetulan ustadz Toha sudah selesai dzikrullahnya
dan berniat pulang. Saat akan memakai sandalnya Ustadz melihat pakaian yang
dikenakan jamaah terbuka dan terlihatlah *Maaf
garis pantatnya.. Ustadz Toha tidak membiarkannya terus saja shalat, karena syarat
sahnya shalat, salah satunya adalah menutup aurat. Bergegas ustadz menghampiri
jamaah tersebut, dan ditariklah mundur satu per satu.. *pasti, rasanya kaget tuh. Hehee
Lebih dari
4 jamaah ditarik mundur, dan tidak ada salah satu dari mereka yang tidak
bertingkah laku kebingungan. *semua
bingung, dan bertanya-tanya. Ada apa ini? Ustadz menjelaskan dengan cara
yang baik, walau membatalkan shalat mereka dengan menarik… hehehee.. Akhirnya mereka
paham, kemudian jamaah ini disarankan untuk mengenakan kain sarung untuk
menutupi auratnya…
Wahai
saudaraku, ketahuilah sebaik-baik ibadah adalah saat kita mempersembahkannya juga
dengan baik. Allah menyukai keindahan, maka pakailah pakaian untuk menghadapnya
yang dianggap oleh kita baik dan paling indah. Tidak perlu baru dan mahal,
persembahkan sesuai syariat yang berlaku dan ditetapkan oleh-Nya. Kita bukan mau main, melainkan akan menghadap menggapai ridho-Nya...
Barakallah…
0 komentar:
Posting Komentar