Ditulis
pada 27-01-2013
(kisahku)
Masih bersama
saya Jovi Ardan di frekuensi radio kesayangan kita semua (lho ko’ radio,
hehee). Ma’ap sobat, kebiasaan jadi penyair radio di 96.7 Mafaza Fm, sebuah
jejaring radio ukhuwah yang berpusat di purwokerto komplek masjid
Fatimatuzzahra.
Bagaimana
kabarnya? Semoga Alloh memberikan kesehatan pada para pembaca sekalian. Amiin,.
Kali ini sobat Jovi menulis kisah yang insyaAlloh dapat dijadikan pelajaran
didalamnya. Ditulis langsung oleh sobat Jovi lho, heehheee... simak dengan baik
ya sob.!!
Sebuah Pengorbanan
Jika dikatakan
pelit kayaknya tidak, dikatakan irit juga kayaknya tidak, tapi kalo
dipikir-pikir sebenernya hampir menjurus kedua-daunya siii...heee.
Saya ini bingung
akan kondisi/ status keluarga saya, tergolong tidak mampu kah atau mampu yah.?
Kalo dihitung-hitung kayaknya ikut keluarga mampu deh. Sebab bapak saya bisa
mengkuliahkan saya di Perguruan tinggi walaupun swasta tapi tetep saya
mensyukurinya, sambil mensekolahkan kedua adik saya yang sekarang duduk di
bangku 2 SMA dan 5 SD.
Saya sudah
bersyukur sekali pada Alloh yang masih memberikan kesempatanya bagi saya untuk
hidup dimuka bumi ini dalam menempuh pendidikan, karena tidak sedikit dari kita
sob, yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Ambil contoh saja dari 44
anak di kelas waktu saya SMA, sebagian tidak bisa melanjutkan. Bagi kita yang
masih bisa melanjutkan baik negeri maupun swasta tetaplah bersyukur dengan
menjalani apa yang diperintahNya dan menjauhi apa yang dilarangNya.
Sobat Jovi ingin menceritakan kisah hidup sobat Jovi sendiri. Setelah menjalani kehidupan kuliah yang lumayan cukup lama terpisahkan dari orang tua, hari demi hari saya selalu berfikir, lho ko’ banyak sekali pengeluaran sehari-hariku yah(dalam benak seperti itu setiap saat). Bapak saya nyari biaya dari mana ini? Kalo pun bisa nyari biaya pasti dengan kringat yang bercucuran, tenaga yang berlebihan, kurangnya istirahat. Saya malu akan diri saya, saya bisa menggunakan uang yang telah diberikan pada saya tapi saya belum bisa meraih apa yang kedua orang tua harapkan pada saya. Akhirnya saya putuskan untuk sebuah pengorbanan, sebelum saya meraih, mencapai apa yang saya dan kedua orang tua inginkan maka saya akan selalu berhemat. Hari demi hari hanya terisi nasi bungkus sekali. Sebuah pengorbanan yang Insya Alloh mulia dimata Alloh, dengan ini saya akan bisa mengganti jatah makan saya dengan biaya akomodasi maupun tugas-tugas yang diberikan dosen.
Walaupun setiap harinya merasa lapar tapi saya berkeyakinan
bahwa Alloh selalu melihat hambanya yang membutuhkan. Amiiinn.
Sobat sekalian
yang mengalami kejadian yang sama dengan sobat Jovi semoga selalu tetap
diberikan kesabaran yah, pasti dengan Ikhtiar, usaha, tawakkal dan sabar kita
akan meraih yang namanya kesuksesan. Amiiinn.
0 komentar:
Posting Komentar