Selasa, 10 Juni 2014

Secuplik Nasehat Untuk Imam Sholat


Imam adalah pemimpin bagi yang dipimpin. Pemimpin akan dijadikan suri tauladan dan panutan, tentunya dalam memimpin harus mengetahui bagaimana cara memimpin yang baik, bijak dan adil.

         Dalam beberapa minggu terakhir, saya sering adzan di mushola kampus, bukan bermaksud mencari muka atau ingin dinilai baik oleh teman atau pun dosen, bukan! Karena sebelum adzan di kampus, saya adalah seorang muadzin di desaku dan termasuk salah satu muadzin di masjid Fatimatuzzahra.

Mengapa suka adzan? Jadi begini ceritanya, waktu SD, dan bertepatan pada bulan Ramadhan, pihak sekolah mengadakan lomba adzan. Peserta cukup banyak, dan saat itu pertama kalinya saya mengikuti lomba dengan penonton yang begitu membludak. Untungnya rasa gerogi bisa terkurangi karena persiapan telah matang. Sampai pada pengumuman lomba, dinyatakanlah saya sebagai juara satu, wah betapa senangnya kala itu. *lho ko jadi curhat nih, mane nih Nasehatnya. Dan bukan hanya itu saja, keutamaan muadzin yang membuatku semakin tertarik adalah “Seorang mu`adzin akan diampuni dosanya sejauh suara adzan yang ia kumandangkan, dan setiap yang basah dan yang kering akan memintakan ampun baginya. Sedangkan orang yg menghadiri shalat jama'ah, akan dituliskan baginya dua puluh lima kebaikan dan dosa antara dua shalat akan diampuni dengannya. [HR. ibnu majah No.716]

Imam mushola datang, saya mengumandangkan Iqomah, “Allah hu Akbar 2x…”.

Sholat dimulai, kami melaksanakan sholat dengan khusuk. Sampai pada ruku’ yang pertama, kami masih khusuk. Yang mengagetkan setelah ruku’ tiba-tiba I’tidal dan tiba-tiba sujud dan seterusnya dengan jarak waktu yang begitu cepat dan singkat. Sholat Dhuhur pun seperti orang yang sedang berlomba, siapa yang paling cepat gerakannya, dia yang menang *Adduh pak Imam nihh.

Kalo bukan karena jabatannya yang tinggi di kampus, kalo bukan karena jama’ah yang sedang banyak saat itu, dan  kalo juga bukan karena saya tidak enak (gerogi) saat itu. Saya akan menghampiri dan mengatakan “Bapak, sholat adalah serangkaian ibadah yang kita tunjukan pada Allah, untuk itu laksanakan dengan sebaik mungkin karena Allah sedang menilai, tidak tergesa-gesa, tuma’ninah, berikan kesempatan jama’ah untuk menyelesaikan do’a dalam serangkaian sholat.”


Tidak tuma’ninah adalah salah satu kesalahan dalam sebuah sholat, ketika menjadi imam berarti ia sedang menanggung  ma’mumnya, jika imam salah maka tidak ditanggung oleh ma’mum, namun jika imam salah dan sampai ditiru ma’mun, hal ini berarti imam menanggung kesalahan dirinya  sendiri dan menanggung kesalahan ma’mun yang dipimpinnya. Nah inikan hal yang mengerikan. Jika seorang tidak mampu menjadi imam, seharusnya ditegur, dan dicari kriteria yang dapat memimpin sholat, siapa saja yang pantas menjadi imam? *kita simak jawabannya berikut ini.

Seperti yang telah dijelaskan Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Abu Mas’ud Al-Anshari bahwa “Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan Qur’annya. Kalau dalam Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang ajaran Sunnah. Kalau dalam sunnah juga sama, dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam berhijrah juga sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam.” 
Adapun hadits Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi:
Apabila datang waktu shalat, hendaknya salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan dan salah seorang di antara kalian yang paling tua usianya menjadi imam.” 
Jadi  ada lima tingkatan: pertama, didahulukan yang terbaik bacaannya, lalu yang paling ahli di bidang hadits Nabi, baru yang paling dahulu melakukan hijrah, lalu yang paling pertama masuk Islam, baru yang paling tua usianya.

Bagi Antum yang telah terlanjur menjadi imam, kemudian tidak sesuai kriteria yang telah Rasulullah sampaikan. Mari sama-sama memohon ampunan dan lebih banyak belajar dan belajar lagi. Semoga Allah memberkahi.  

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger