Sabtu, 25 Juli 2015

Pengalaman Lomba TPQ STIMIK AMIKOM


Mudah-mudahan dengan kalimat yang singkat ini, dengan tulisan yang tak seberapa ini, dengan beberapa paragraph yang saya susun ini mengingatkan kita para pengajar dan santri yang beranjak dewasa bahwa kita pernah punya cerita dimasa lampau. Sehingga lebih mengeratkan hubungan kita dimasa depan kelak. Amin..

Tri Pamungkas. Dia kami perhatikan dari sebelumnya dia adalah santri yang pandai menggambar. Sehingga pada acara lomba menggambar dia sering kami ikutkan dibidang gambar menggambar. Pada kesempatan lomba kali ini tri terlalu banyak bicara, ngobrol dengan teman yang mendampingi sebagai penggembira. Sehingga focus menggambarnya tercepah. Gambarnya memang bagus tapi kurang menarik perhatian juri. Lain kali yang serius Tri, kamu punya potensi, Insya Allah pasti juara.

Agiel. Kalau penilaian kami, walaupun tampil dengan waktu beberapa menit tapi ekspresinya sudah sangat baik, menjiwai materi yang dibawakan. Yah namanya juga penilaian. Penilaian itu tidak mesti harus sama. Tidak usah kecewa dan bersedih hati yah nak dengan kamu belum bisa menjadi juara dari juri. Lain kali kamu yang jadi juaranya di lomba pildacil insya Allah. Kamu sudah stay cool, keren, mungkin karena teks lombanya yang terlalu simple jadi nilainya masih rata-rata. Semangat nak. Kamu sudah hebat, berani maju kedepan. Ciee

Adzkia. Kali ini dia kami delegasikan pada lomba DAI CILIK. Sebelum lomba dimulai kami melihat semangatnya yang luarbiasa. Saya tidak tahu persis dengan siapa dia berlatih. Yang jelas kalau boleh saya tebak dia berlatih dengan temen-temen pengajar akhwat, Mba Reka dan kawan-kawannya. Saat acara sudah dibuka dan berlangsung beberapa peserta yang maju kepanggung, adzkia terlihat depresi. Adzkia selalu bilang tidak ingin maju pada saya. Sebisa mungkin saya memotivasi agar maju melanjutkan perjuanagan. “Kia liat tuh agil juga percaya diri, kak jovi yakin kia juga bisa. Okke.!” Adzkia tiba-tiba saja menangis tanpa alasan, dan belum sempat merasakan dinginnya panggung. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan kia tidak mau maju. Pertama bisa jadi karena saya yang terlalu memaksakan dia supaya maju. Kedua karena Kia terlalu gerogi, kurang persiapan, melihat peserta yang lain maju ke panggung tanpa menggunakan teks. Adzkia pun akhirnya tidak berani tampil karena teksnya belum terhafal dengan baik. Yah tidak apa-apa. Lain kali pesan pada pengajar akhwat harus lebih mensupport untuk kedepannya. Okke? Okke mas.

Dan akhirnya ada torehan prestasi yang kalian bawa pulang ke TPQ Mafaza yang kita cintai. Elegan sekali nak. Kalian menjadi juara satu dan membawa pulang tropi di lomba drama islaminya. Kerren. Pertahankan Aufa, Sasa, Naila, Aban, Syella, dan santri yang lain! Dikesempatan lain kita ikuti lomba-lomba berikutnya. Siap? SIAP KAK. Siap jadi yang terbaik lagi? SIAP KAK. #Buktikan!








0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger