Minggu, 13 Juli 2014

Pelajaran di Ruang Persalinan

Praktek klinik keperawatan II di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Ashari.

Awal kali mendapat ruangan aku ditempatkan di ruang VK / IPKR (Instalasi Persalinan dan Kesehatan Reproduksi). Sebelumnya aku tidak tahu apa saja yang harus kulakukan disini, karena laki-laki pada umumnya tidak membantu persalinan. Aku bingung mau apa? Untung banyak teman dari kebidanan, kami banyak mengobrol apa saja yang nantinya harus dikerjakan.

Hari pertama berjalan begitu cepat, tiba-tiba pukul 14.00. Hanya hal-hal kecil saja yang aku lakukan disana, seperti mengganti infus, membenarkan infus yang macet, dan sebagainya.

Hari berikutnya aku dapat jaga sore. Subhanallah, lucunya bayi-bayi mungil ini, dari mana asalnya? Jadi pingin gendong. Teringat adikku dulu pernah aku gendong saat masih bayi.. Namun aku tidak berani menggendong bayi-bayi yang ada disini, takut salah dan bertindak kurang benar, akhirnya ku urungkan niatku untuk membawanya kabur, *ehh menggendong maksudnya.


Sampai malam hari, tidak kujumpai ibu melahirkan. Mungkin sedang dalam proses pembukaan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Sembilan sampai dua puluh empat jam coba, pembukaan. Bayangkan? *Betul kan ibu dosen Reproduksi? Heee. 

Nyeri, sakit, dan seperti orang yang kebelet BAB selama dalam proses pembukaan yang dirasakan… aku mendengarkan keluh kesah bahagia dari mereka.

Hari selanjutnya, akhirnya aku jaga malam, *yes kesempatan bisa melihat bayi brojol dari ibunya, hee. Dari jam 21.00 – 00.30, “Mana nih aku tunggu-tunggu tidak ada juga..?” Mungkin dede bayinya malu denganku karena ketampananku. *Noh, sedikit menghibur sendiri. Aku memutuskan untuk tidur, karena tidak ada persalinan. Yahh padahal waktu ini yang sedang ditunggu-tunggu.

Tidak lama aku tertidur, aku dibangunkan teman dan mahasiswa bidan. “Vi vi vi, hayo bangun ada partus”. Aku terbangun dan membasuh muka, kira-kira jam 02.30.. *Aku menuju ke ruang persalinan, “Masya Allah, Subhanallah, Walhamdulillah” *apa-apaan ini? Astaghfirullah Semua terlihat jelas, bagaimana dengan hafalanku? *Aku menutup mata dengan jari yang terbuka, NOH!! Sementara aku tidak memikirkannya terlebih dahulu. Ini sebagai sebuah rejeki atau cobaan bisa terlihat semua seperti itu. Aku usahakan berdoa agar ibu itu selamat,. *Lho ko berdoa, tidak ngebantuin? Hehe, iya masih takut, mungkin lain kali. 

Maaf yah bapak-bapak, hal ini adalah suatu ketidaksengajaan saya melihat ibunya melahirkan, ini tugas kampus yang harus dikerjakan, *bener deh, suer. hee. Sebenarnya sii ya juga penasaran.    

Alhamdulillah, bayi ini dilahirkan dengan selamat. “Selamat ibu, bayinya laki-laki. Semoga setelah besar nanti seperti saya ini, gagah, ganteng, dan baik hati.. *hallah ngawur. Semoga besarnya nanti jadi anak yang berbakti, bersyukur pada ilahi, dan menjadi kebanggaan negeri sebagai generasi Qur'ani. Insya Allah”

Setelah berhasil membantu proses persalinan, aku bergegas menguji hafalanku, dan Alhamdulillah masih teringat dan tersimpan baik dalam ingatanku.

Aku semakin sadar, melihat seorang ibu melahirkan, perjuangannya begitu besar, nyeri yang dirasakan, dicoba ditahan demi calon jabang bayi yang akan dikeluarkan. Subhanallah. Bukan hanya itu saja, dia berani mempertaruhkan nyawanya. Untuk itu kita sebagai anak, harus betul-betul menghargai perjuangnya, seminimal-minimalnya jangan sampai membuat sakit hatinya.
وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا
"Kami perintahkan kepada manusia, supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkan dengan susah payah pula." (Q.S Al Ahqaf: 15)
“Ibu, maafkan aku. Jika selama ini, aku yang diharap-harapkan belum sesuai keinginan saat di dalam kandungan..”
Aku meneteskan air mata dalam sholat dan doaku. Aku heran, mungkin dari sekian banyak lelaki, aku yang paling sering meneteskan air mata. Tapi tak apa, ini suatu pembelajaran hidup. Lelaki yang bisa menangis itu hebat, hatinya tidak keras, mau menerima kritik dan saran walau pun itu pedas, mengakui kesalahannya, kelemahannya, dan berupaya membenah diri menjadi insan yang mulia dimata-Nya.


Ya Allah ya Rabb, ampunilah kami, ampunilah dosa kedua orang tua kami, jagalah mereka seperti mereka menjaga, mendidik dan mengasuh kami semasa kecil.. Jauhkan dari hal-hal yang membuat mereka sakit hati, jadikan kami anak yang sholeh dan sholehah bagi keduanya. Maafkan kami, jika kami pernah berbuat salah padanya.

Aamiin…


0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger