Jumat, 22 Agustus 2014

Seperti Menggapai Mimpi

22 Agustus 2014.
          Hati ini sebenarnya sedang kalut, dirundung berbagai masalah yang menimpanya. Mulai dari mimpi-mimpinya, cintanya, sampai pada pilihan kepala Negara pun menjadi kesekian masalahnya.

          Calon kepala Negara yang ia anggap baik, tidak bisa menjabat dan maju sebagai pemimpin bangsa. Sosok yang berwibawa, tegas, berani mengambil keputusan, tampan dan tanpa setiran dari belakang partainya akan menjadi rakyat biasa. Semoga saja, Allah memberikan rencana-Nya yang terbaik. Kita lihat bersama, bagaimana nanti kinerja lima tahun ke depan kepala Negara yang terpilih rakyat atau terpilih karena faktor lain *Wallahu a’lam. Mereka akan bisa menilai sendiri, dan akan memberikan tanggapan untuk kepemimpinannya.

          Mencoba tidak larut dalam kesedihan, sang pemilik hati menyibukkan diri dengan lari pagi. Dia telah menetapkan dan insya Allah akan beristiqamah untuk lari pagi atau sore diwaktu senggangnya. Mungkin dalam satu Minggu bisa tiga sampai empat kali dilakoni. Ia tidak sendirian, Hamid Mustofa menemaninya pagi ini. Kalau dikira-kira, jarak yang tempuh untuk berlari berkisar dua kilometer.

Tidak disangka, saya mampu menyelesaikannya dalam waktu lima belas menit. Waktu yang lebih, dari rencana sebelumnya. Dulu, biasanya saat berlatih fisik dengan berlari, persiapan seleksi masuk TNI. Saya mampu menyelesaikannya kurang dari lima belas menit. Mungkin karena saya sudah tidak berminat lagi, sudah tidak ada impian dan cita-cita menjadi TNI, performa dan stamina saya menurun. Badan menggemuk, bukan otot lagi yang mengisinya, sudah terkikis oleh timbunan lemak yang menggumbung. *Hahhhh…rasanya kangen punya badan seperti dulu.

Cita-cita masuk TNI boleh terlupa, tapi kebugaraan fisik harus tetap terjaga. Mulai saat ini saya akan membentuk otot itu lagi. Ketika badan tidak seperti ini. Disetiap saya berkaca, pasti selalu memperagakan gaya-gaya binaragawan *Hehee, akankah terulang lagi?  Temen-temen akhwat tidak boleh ngintip lho yah! Dikhususkan untuk idaman hati. Siapa lagi kalau bukan pendamping hidup, sang istri tentunya. Cie mas Jovi, pasti disetiap catatannya diselingi dengan kata istri, menikah dan sebagainya yang masih terkait itu. Kebelet yahh?? Bukan! Bukan begitu Ukh, bukan masalah kebelet atau tidaknya. Tapi agama sudah mengharuskan saya meminangnya!! *Nohh…hehee becanda. Saya sedang memantaskan diri saja. Cettiiiingg.

Ternyata di edisi lari pagi kali ini, ada pelajaran muncul secara tiba-tiba. Saat nafas mulai terengah, muncul pemikiran bahwa tujuan pemberhentiannya adalah sebuah impian. Kebetulan kami bersepakat tidak boleh berhenti sebelum sampai di Masjid *Masjid diibaratkan sebagai impian. Dalam hati saya bergumam, Saya harus tetap berlari, rasa lelah bisa tergantikan setelah saya sampai nanti. Saya harus mencapainya, mencapai impian saya, tanpa ada hambatan. Jika sii Hamid saja terus berlari dan mengejar impian itu tanpa berhenti sejenak (putus asa), saya harus lebih bisa

Masya Allah, karena sebelumnya ada komitmen di awal agar tidak berhenti. Saya jadi termotivasi. Saya tetap berlari menuju impian saya *Masjid bersama Hamid. Coba saja kalau sebelumnya tidak ada komitmen yang mendasari. Pasti saya akan menyerah dan berhenti beristirahat, tidak bisa melanjutkan berlari. Biasanya setelah berlari jauh dan memutuskan untuk berhenti, jika akan mulai berlari lagi rasanya sangat malas karena capek yang mendera. 

Lari pagi menuju Masjid, ya walau startnya dari masjid, saya analogikan dengan menggapai impian atau cita-cita. Ketika kita tidak membuat komitmen sebelumnya, maka bisa saja pupus dijalan. Karena tidak ada keistiqamahan dan kesabaran bisa saja berhenti ditengah jalan. Dengan lari pagi ini, saya diajari untuk tetap istiqamah dan sabar. Bahwa tujuannya yaitu masjid akan segera sampai, tiba. Kemudian rasa lelah dan haus akan tergantikan disana. Begitupun dengan impian, ketika kita telah sampai padanya. Rasa bangga muncul seketika. Perjuangan, rasa lapar, lelah, dan menguras waktu begitu lama akan tergetikan dengan torehan prestasi.

Ketika kita merasa lelah, merasa tidak akan meraihnya (cita-cita) maka berdoalah. Minta untuk dikuatkan perjuanganmu, minta untuk diteguhkan pendirianmu, minta pada-Nya untuk ditabahkan dalam meraihnya. Bukankah Allah mendengar orang-orang yang berkeluh kesah, kemudian Dia akan memberikan dan mengabulkan apa yang diminta. Mari tetap istiqamah, sabar berharap, dan berusaha meraih apa yang kita inginkan. Man Shabaraa Zhafira. Barang siapa bersabar dia beruntung. Menurut ustadz Yusuf Mansur jika ingin kaya maka bersedekahlah, bukan nunggu kaya dulu baru bersedekah. Tapi bersedekah dulu pasti akan kaya *Insya Allah. Sama halnya dengan sukses, berjuang dulu baru sukses, bukan sukses dulu baru berjuang. SEMANGAT…



BARAKALLAH


0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . JOVI ARDAN BLOG - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger